Iklanonline terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu: 1. Social Media Advertising Salah satu jenis iklan online, yakni social media advertising atau iklan yang ditampilkan di media sosial. Kamu dapat mengunggah segala bentuk iklan di platform media sosial, seperti poster digital, foto, hingga video yang bisa diputar otomatis. Iklanbanyak kita jumpai dan dengar di media elektronik. Lalu apa pengertian iklan itu ? Iklan atau pariwara menurut Wikipedia adalah segala bentuk pesan promosi benda seperti barang, jasa, produk jadi dan ide yang disampaikan melalui media dengan biaya sponsor dan ditujukan kepada sebagian besar masyarakat. iklanditampilkan. 2. dimensi durasi, yakni seberapa lama durasi iklan. iklan yang terdapat pada teori ini dapat menciptakan sebuah perasaan atau sikap penelitian tersebut adalah media sosial menyebabkan minat beli responden terhadap kepuasan belanja meningkat. Hipotesis: "Ada dampak positif antara terpaan iklan pada minat beli". Unsurunsur yang ditampilkan dalam iklan adalah gambar, gerak dan suara (kata-kata). Sedangkan menurut KBBI, pengertian iklan ada dua. Pertama, iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik dengan barang dan jasa yang ditawarkan. Kedua, mengiklankan adalah memperkenalkan sesuatu kepada umum melalui iklan. Iklanadalah salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mendapatkan jangkauan yang lebih luas, termasuk juga iklan sosial media. Dengan beriklan, Anda dapat menunjang konten-konten yang ada. Iklan yang ditampilkan dengan visual akan mendorong audiens untuk melakukan tindakan yang Anda harapkan. Vay Tiền Nhanh Ggads. Dalam pemasaran bisnis, kita mengenal banyak sekali fitur iklan dan konten berbayar. Satu di antaranya adalah native advertising. Jenis iklan ini termasuk iklan digital, karena dipasang dan ditampilkan di platform digital. Nampaknya, saat ini iklan digital memang menawarkan lebih banyak keunggulan. Iklan digital lebih efektif ketimbang iklan tradisional di tv adalah majalah. Dengan biaya yang relatif lebih murah dan bisa diatur untuk kelompok audiens tertentu. Terlebih lagi, saat ini semua jenis bisnis sudah memasuki era digital. Segala produk dapat kita beli secara online. Keberadaan toko offline pun kalah ramai dibanding toko online. Hal ini juga mendorong perubahan metode promosi dan pemasaran. Bahkan, platform media sosial yang dulu hanya sebatas untuk berbagi cerita, kini disulap menjadi ladang bagi bisnis. Ada banyak sekali fitur konten berbayar untuk iklan. Salah satu model iklan yang perlu kamu coba adalah native advertising atau native ads. Model iklan ini super fleksibel, karena bisa menyesuaikan dengan platform yang digunakan. Baca Juga 5 Cara Berjualan di Tokopedia, Dijamin Laris! Apa Itu Native Advertising? Native advertising. Sumber Menurut Outbrain, native advertising adalah penggunaan iklan berbayar yang sesuai dengan tampilan, nuansa dan fungsi format media di mana iklan itu ditampilkan. Native ads sering ditemukan di feed media sosial, atau sebagai konten yang direkomendasikan pada halaman web. Tidak seperti iklan display atau iklan banner, Native ads tidak terlihat seperti iklan. Iklan ini terlihat seperti bagian konten platform. Sebagai contoh, ketika kamu sedang menggunakan Instagram, pernahkan kamu menemukan postingan feed dari akun bisnis yang tidak kamu follow? Postingan ini terlihat seperti feed pada umumnya, dengan foto dan caption. Namun, terdapat tag “iklan” atau “ads” dalam feed ini. Atau, ketika kamu sedang membuka situs berita online. Ketika melihat daftar artikel, seringkali ada satu judul artikel dengan tanda “iklan” atau “ads”. Ini merupakan contoh dari native ads. Kunci utama dari native ads adalah iklan ini tidak mengganggu, sebab iklan ini terlihat seperti menjadi bagian dari platform yang kamu gunakan. Jadi, dapat dikatakan bahwa native advertising adalah model iklan yang dibuat dengan tampilan, tata letak, dan format yang sama dengan konten dalam platform yang digunakan. Baca Juga 5 Cara Split Test Facebook Ads, Tentukan Iklan Terbaikmu! Cara Membedakan Native Advertising dengan Iklan Biasa Influencer media sosial. Sumber Seperti dijelaskan sebelumnya, native ads memiliki tampilan yang sama dengan konten asli platform. Berbeda dengan iklan berbayar lain yang memiliki bentuk terpisah dan seringkali muncul di sisi layar gadget kamu, atau tampil dalam bentuk banner. ­Ada beberapa bentuk native ads yang sering kamu temui, yaitu iklan di feed, daftar pencarian, dan rekomendasi konten. Iklan di feed bisa muncul di media sosial Instagram, Facebook, atau Twitter. Tampilan iklan ini sama seperti bentuk feed media sosial tersebut. Seringkali berada di antara feed lain. Native ads dalam bentuk daftar pencarian, biasanya muncul ketika kamu sedang mencari topik tertentu di Google. Misalnya, kamu mencari topik tentang “bakso terenak di Malang”, maka akan muncul banyak hasil pencarian dengan judul artikel yang beragam. Di antara hasil pencarian itu, seringkali ada beberapa judul artikel dengan tanda “iklan” atau “ads”. Inilah contoh dari native ads dalam bentuk hasil pencarian. Sementara itu, dalam bentuk rekomendasi konten biasanya muncul di bagian bawah artikel yang baru kamu baca dalam sebuah blog. Biasanya akan muncul rekomendasi artikel lain dengan tanda “iklan” atau “ads”. Baca Juga Kenali Konsep Retargeting Ads, Iklan Penargetan Berulang Jenis-jenis Native Advertising Mengiklankan produk bisnis. Sumber Setidaknya, ada enam jenis native advertising yang perlu kamu ketahui. Untuk membedakannya, berikut jenis-jenis native ads beserta penjelasan lengkapnya. Simak ya! 1. Widget Rekomendasi Konten Ketika kamu membaca artikel, biasanya di bagian bawah atau akhir artikel ada rekomendasi bacaan untukmu. Seringkali, rekomendasi ini dituliskan dengan kalimat “Direkomendasikan untuk Anda..”, atau “Anda mungkin juga suka..”. Nah, inilah yang disebut dengan widget rekomendasi konten. Widget ini memungkinkan pemasang iklan untuk mengarahkan audiens agar melihat iklan yang mereka pasang. Biasanya, materi iklan ini akan disesuaikan dengan judul artikel sebelumnya. Tujuannya adalah agar memiliki minat yang sama denga audiens. 2. Daftar yang Dipromosikan Jenis native advertising ini biasanya digunakan oleh e-commerce untuk menampilkan produk yang disponsori di urutan teratas. Ketika sedang membuka e-commerce seperti Shopee, pastinya kamu akan menemui produk di urutan teratas dengan tag ”iklan” atau “ads”, inilah yang dimaksud sebagai native advertising. 3. Iklan Penelusuran Berbayar Sama seperti daftar yang dipromosikan, iklan penelusuran berbayar juga akan muncul di urutan teratas. Bedanya, native advertising ini biasanya ditemukan di mesin pencari seperti Google. Ketika kamu mencari tentang “Siomay terenak di Bandung”, maka akan muncul hasil pencarian. Jenis iklan ini akan berada di urutan atas dengan tag “iklan”. Baca Juga Apa Itu Hukum Pareto Marketing? Ini 6 Penggunaannya dalam Pemasaran 4. Iklan dalam Postingan Jenis native advertising ini lebih halus dan “kalem” disbanding jenis iklan lainnya. Sebab, iklan ini akan menjadi bagian dari postingan utama. Pada dasarnya, iklan ini memang barawal dari postingan biasanya yang didaftarkan sebagai iklan. Salah satu ciri-cirinya adalah terdapat tag “disponsori”atau sejenisnya. 5. Dalam Iklan dengan Elemen Bawaan Jenis native advertising ini terlihat seperti iklan biasa pada umumnya, tetapi isi iklan relevan dengan konten asli di platform yang digunakan. Iklan ini akan muncul di samping konten utama. Sebagai contoh, iklan restoran cepat saji mungkin akan muncul di situs review makanan. atau, iklan kendaraan yang akan muncul di situs otomotif. 6. Iklan Kustom Jenis native ads ini biasanya muncul di tempat-tempat yang unik. Misalnya, saat kamu sedang mendengarkan lagu tentang petualangan secara online, bisa jadi kamu akan mendengar iklan tentang liburan atau aplikasi booking tiket pesawat. Atau, ketika mendengarkan podcast tentang makanan, kamu akan menemukan iklan sebuah restoran. Baca Juga Google Ads Vs Facebook Ads, Ini Perbedaan dan Keunggulannya Kelebihan Native Advertising Kelebihan native advertising. Sumber Ada beberapa kelebihan dari native advertising jika dibandingkan dengan iklan biasa, yaitu Bentuk iklan yang fleksibel, sebab bisa mengikuti tata letak dan konten asli dari platform yang menarik audiens, sebab iklan ini terlihat layaknya bagian dari konten yang unik untuk yang lebih baik, karena iklan ini menjadi bagian dari platform, maka akan lebih banyak audiens yang kemudian berinteraksi dengan mengganggu audiens, sebab iklan ini tidak muncul secara terpisah yang bisa menghalangi layar audiens. Iklan ini juga tidak perlu ditutup, sebab menjadi bagian utama dari platform. Nah, itulah penjelasan tentang native advertising yang perlu kamu ketahui. Iklan super fleksibel ini bisa kamu coba untuk bisnismu! Jangkau pelanggan lebih luas dengan digital ads yang bisa kamu atur sesuai keinginan. Khusus pengguna Basic dan Professional SIRCLO Store, kamu bisa langsung masuk ke admin panel, cari menu “Pemasaran”, lalu pilih “Layanan Marketing”. Kamu juga bisa klik banner berikut Media sosial saat ini telah menjadi salah satu tren yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kalangan masyarakat. Tingginya penggunaan media sosial turut mengundang lahirnya berbagai macam iklan yang memasarkan beragam produk ataupun jasa. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak kepada kehidupan sehari-hari mahasiswa yang mayoritas secara aktif menggunakan media sosial. Salah satu aspek yang dipengaruhi oleh iklan di media sosial adalah minat pembelian mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari iklan yang sering ditampilkan di berbagai media sosial terhadap minat pembelian mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta FTI UAJY. Metode yang digunakan untuk penggalian data adalah pembagian kuesioner kepada 90 mahasiswa FTI UAJY. Hasil penelitian menunjukkan dampak yang tidak terlalu signifikan antara iklan di media sosial terhadap minat pembelian mahasiswa FTI UAJY meskipun iklan yang berada di media sosial dianggap sudah cukup menarik. Iklan di media sosial tidak memberikan pengaruh yang cukup besar untuk mahasiswa sehingga mereka memutuskan untuk tidak membeli produk yang berada di iklan tersebut. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Proceeding SINTAK 2019 ISBN 978-602-8557-20-7 478 DAMPAK IKLAN DI MEDIA SOSIAL TERHADAP MINAT PEMBELIAN MAHASISWA Hendi Handoko1, Monika Irene Simanjorang2, Lenny Stephani 3, Gusti Bagus Yudistira4, Clara Hetty Primasari5 1, 2,3,4,5Program Studi Sistem Informasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta e-mail 1hendihandoko47 , 3lennystephani21 , 4yudisputra11 , ABSTRAK Media sosial saat ini telah menjadi salah satu tren yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kalangan masyarakat. Tingginya penggunaan media sosial turut mengundang lahirnya berbagai macam iklan yang memasarkan beragam produk ataupun jasa. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak kepada kehidupan sehari-hari mahasiswa yang mayoritas secara aktif menggunakan media sosial. Salah satu aspek yang dipengaruhi oleh iklan di media sosial adalah minat pembelian mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari iklan yang sering ditampilkan di berbagai media sosial terhadap minat pembelian mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta FTI UAJY. Metode yang digunakan untuk penggalian data adalah pembagian kuesioner kepada 90 mahasiswa FTI UAJY. Hasil penelitian menunjukkan dampak yang tidak terlalu signifikan antara iklan di media sosial terhadap minat pembelian mahasiswa FTI UAJY meskipun iklan yang berada di media sosial dianggap sudah cukup menarik. Iklan di media sosial tidak memberikan pengaruh yang cukup besar untuk mahasiswa sehingga mereka memutuskan untuk tidak membeli produk yang berada di iklan tersebut. Kata Kunci iklan, media sosial, minat pembelian 1. PENDAHULUAN Pada zaman sekarang ini, internet dan jejaring sosial lainnya memungkinkan konsumen dan penjual berkomunikasi secara langsung mengenai barang-barang yang akan dibeli atau dijual dengan berbagai merek dan produk [1]. Di awal kehadirannya, internet masih bersifat pasif dan memiliki kesamaan dengan koran dan majalah yang masih sangat populer kala itu. Namun, seiring berjalannya waktu internet mulai bermunculan berbagai aplikasi interaktif yang memungkinkan pembaca untuk terlibat secara aktif dalam pembuatan konten [2]. Salah satunya adalah kehadiran media sosial yang cukup adiktif bagi masyarakat. Masyarakat kini secara rutin mengunjungi media sosial untuk terlibat dalam berbagai jenis hiburan dan kegiatan sosial termasuk bermain, bersosialisasi, menghabiskan waktu, berkomunikasi, dan memposting gambar [2]. Menurut laporan Hubspot, 71% konsumen cenderung melakukan pembelian berdasarkan referensi media sosial [3]. Maraknya penggunaan media sosial juga turut mengundang lahirnya berbagai macam iklan yang memasarkan beragam produk maupun jasa dengan tampilan yang cukup menarik. Aspek pemasaran sebagai disiplin akademis dan aktivitas manajemen telah menjadi subjek transformasi besar selama dua puluh tahun terakhir [4]. Globalisasi pasar dan munculnya era baru Teknologi Informasi dan Komunikasi berhasil mengubah cara pemasaran dan dinamika pasar sehingga lahir individu dengan peluang dan pemberdayaan yang baru [4]. Tingginya paparan media sosial terhadap kehidupan membuat banyak perusahaan besar mulai meninggalkan cara pemasaran tradisional dan beralih ke pemasaran yang berbasis media sosial. Proceeding SINTAK 2019 ISBN 978-602-8557-20-7 479 Gambar 1. Hasil survei komposisi pengguna internet berdasarkan usia di Indonesia tahun 2018 APJII[5] Berdasarkan data dari US Census Bureau, data penduduk Indonesia yang berumur 15-24 tahun sebesar jiwa dari total jiwa dengan persentase sebesar 16,86% [6]. Rentang usia tersebut merupakan rentang usia dengan populasi terbesar dari keseluruhan penduduk Indonesia. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia APJII, yang ditunjukkan pada Gambar 1, komposisi pengguna internet berdasarkan usia pada tahun 2018 didominasi oleh usia 15-19 tahun sebesar 91% dan usia 20-24 tahun sebesar 88,5%. Rentang usia tersebut merupakan rentang usia mayoritas mahasiswa di Indonesia. Gambar 2. Hasil survei alasan utama dalam menggunakan internet tahun 2018 APJII[5] Media sosial juga menjadi salah satu alasan terbesar seseorang dalam menggunakan internet, hal ini ditunjukkan pada grafik di Gambar 2. Dari keseluruhan populasi Indonesia, 150 juta jiwa di antaranya adalah pengguna aktif media sosial [7]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak iklan yang banyak berlalu-lalang di media sosial terhadap pembelian yang dilakukan mahasiswa FTI UAJY. Penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan gambaran tentang pengaruh iklan di media sosial terhadap pembelian yang dilakukan mahasiswa FTI UAJY. Pengetahuan tentang dampak pengaruh iklan di media sosial ini selanjutnya dapat digunakan oleh pengiklan untuk menetapkan strategi yang tepat untuk memasarkan produk mereka, maupun oleh pembaca sehingga mendapat wawasan mengenai cara iklan di media sosial memengaruhi pembelian. 2. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Iklan Iklan pertama kali lahir dari sistem yang digerakkan oleh pasar dan dikembangkan dalam ekonomi pasar perusahaan bebas yang kapitalis di mana produksi massal memanfaatkan iklan sebagai alat yang cukup penting untuk pemasaran produk maupun jasa. Urbanisasi, perluasan transportasi, dan kemajuan komunikasi semuanya memfasilitasi penggunaan dan pertumbuhan iklan, yang hasilnya adalah iklan kuat mengakar sebagai fungsi bisnis dalam masyarakat. Periklanan adalah bentuk komunikasi berbayar yang dimediasi dari sumber yang dapat Proceeding SINTAK 2019 ISBN 978-602-8557-20-7 480 diidentifikasi, dirancang untuk membujuk penerima untuk mengambil tindakan, sekarang atau di masa depan [8]. Periklanan merupakan hasil dari perkembangan kapitalisme selama bertahun-tahun di tengah penggunaannya secara massal dalam media komunikasi. Banyak ahli yang mengatakan bahwa iklan adalah segala bentuk layanan berbayar dari presentasi non-pribadi dan promosi ide, barang atau layanan oleh sponsor yang dapat diidentifikasi. Iklan juga dapat didefinisikan sebagai bentuk cara komunikasi massa secara komersial, dirancang untuk mempromosikan penjualan produk atau layanan, atau segala bentuk pesan atas nama lembaga, organisasi, atau kandidat untuk jabatan politik. Hal ini menyiratkan konsep-konsep seperti pasar, publik, sponsor, persuasi, produk, layanan, komunikasi massa, dan lain-lain. Iklan dapat digunakan untuk mendorong atau membujuk pemirsa, pembaca, atau pendengar untuk melanjutkan atau mengambil sebuah tindakan baru. Akan tetapi, yang membedakan iklan dari bentuk komunikasi lainnya adalah makna promosi yang terdapat dalam teks pada waktu dan ruang tertentu [8]. Perkembangan Iklan di Media Sosial Dunn dan Barban dalam [9] menuliskan bahwa iklan merupakan suatu bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan melalui media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk. Dalam dunia periklanan, terdapat istilah ATL Above The Line dan BTL Below The Line. ATL adalah kegiatan pemasaran yang terkena komisi biro iklan, dan BTL adalah kegiatan pemasaran yang tidak kena komisi biro iklan. Sebutan media baru merupakan pengistilahan untuk menggambarkan karakteristik media yang berbeda dari yang telah ada selama ini. Media seperti televisi, radio, majalah, dan koran digolongkan menjadi media lama [9]. Munculnya media baru, terutama yang berbasis teknologi tinggi, membuat karakteristik pembeda antara ATL dan BTL semakin tidak jelas. Internet sebagai media baru, karena fitur dan daya interaksinya, membuat apa yang disampaikan mampu mencapai target pasar yang luas tetapi juga sekaligus spesifik. Dengan perkembangan iklan yang sudah banyak merambah media sosial, banyak masyarakat merubah profesi mereka menjadi pekerjaan yang terkait terhadap periklanan. Salah satu profesi baru yang mulai dikenal dan dimanfaatkan dalam periklanan adalah profesi sebagai buzzer. Cara kerja buzzer ini sebenarnya memanfaatkan kata-kata yang digunakan untuk mempromosikan suatu produk atau jasa. Perkembangan iklan yang banyak di media sosial memiliki kekuatan besar untuk memengaruhi minat ataupun keinginan masyarakat. Dari zaman media lama yang hanya mempromosikan produk atau jasa melalui mulut ke mulut, media koran, televisi, dan lainnya kini telah berubah dan berkembang pesat. Saat ini, banyak yang menggunakan atau mempromosikan produknya melalui media baru yaitu media sosial [10]. Tujuan Iklan Pada umumnya, iklan berisi mengenai informasi suatu produk ataupun jasa, di mana iklan tersebut berfungsi untuk membujuk khalayak ramai agar mereka membeli produk yang diiklankan oleh perusahaan tersebut. Mengacu pada pengertian iklan di atas, berikut beberapa tujuan iklan menurut para ahli 1. Menurut Kotler, tujuan dari iklan, yaitu a Untuk menyampaikan informasi kepada konsumen. b Untuk menciptakan kesadaran merek dan mengetahui tentang produk atau fitur baru dari produk. c Menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian produk atau jasa. d Menstimulasikan pembelian berulang produk dan jasa. e Meyakinkan pembeli saat ini bahwa mereka melakukan pilihan tepat [11]. 2. Menurut Gunelius, tujuan dari iklan adalah untuk membangun hubungan dengan konsumen secara aktif dan membangun merek [12]. 3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 hingga bulan November 2019 bertempat di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Metode Penggalian Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah riset lapangan melalui survei dengan pembagian kuesioner daring online. Metode kuesioner yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui lebih rinci hubungan sebab akibat dengan meminta sampel untuk mengisi pertanyaan tersebut. Data yang telah didapat dari kuesioner yang dibagikan kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk mengetahui dampak iklan di media sosial terhadap pembelian yang dilakukan oleh mahasiswa FTI UAJY. Populasi dan Sampel Proceeding SINTAK 2019 ISBN 978-602-8557-20-7 481 Populasi adalah kumpulan utuh dari seluruh komponen yang memiliki kesamaan dan dapat dibedakan menjadi suatu objek penelitian [13]. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif FTI UAJY angkatan 2018 yang tercatat berjumlah sebanyak 395 mahasiswa. Menurut Suharsimi Arikunto [13], yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa aktif FTI UAJY angkatan 2018. Adapun teknik dalam mengambil sampel tersebut adalah dengan menggunakan accidental sampling sampling aksidental. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin [14]. Berdasarkan perhitungan yang didapatkan dari rumus Slovin, minimal sampel adalah 79,79. Dari penelitian ini, kami berhasil mendapatkan sampel sebanyak 90 mahasiswa. Tahapan Penelitian Gambar 3. Skema Tahapan Penelitian Tahapan metodologi penelitian dijelaskan secara umum sebagai berikut a. Memutuskan tempat dan waktu penelitian ini melakukan penetapan tempat dan jangka waktu dilakukannya penelitian. c. Merancang daftar pertanyaan untuk kuesioner ini melakukan perancangan kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa aktif FTI UAJY angkatan 2018. Penyusunan kuesioner menggunakan Skala Likert. e. Melakukan pembagian kuesioner secara daring online terhadap sampel yang telah ditentukan f. Tahap ini melakukan pembagian kuesioner secara daring online melalui media sosial kepada mahasiswa aktif FTI UAJY angkatan 2018. data yang didapatkan dari hasil kuesioner data terdiri dari menganalisis jawaban yang didapatkan dari hasil kuesioner dan dibuat dalam bentuk diagram pie. i. Membuat kesimpulan dari data yang telah dianalisis j. Menarik kesimpulan yang bersumber dari hasil analisa data dan diperiksa kesesuaian dengan maksud dan tujuan penelitian. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Responden Penelitian ini mengambil topik mengenai dampak iklan di media sosial terhadap pembelian yang dilakukan oleh mahasiswa FTI UAJY dengan sampel sebanyak 90 dari program studi Teknik Industri, Teknik Informatika, dan Sistem Informasi. Berikut adalah data-data responden dari penelitian yang telah dilakukan a. Program studi Teknik Industri sebanyak 16 responden atau 17,8% dari keseluruhan total responden. b. Program studi Teknik Informatika sebanyak 19 responden atau 21,1% dari keseluruhan total responden. c. Program studi Sistem Informasi sebanyak 55 responden atau 61,1% dari keseluruhan total responden. Analisa Hasil Kuesioner yang telah dibagikan kepada responden yang terdiri dari mahasiswa FTI UAJY membahas mengenai dampak iklan di media sosial terhadap pembelian mereka. Dari hasil pengisian kuesioner yang telah diolah, didapatkan bahwa persentase terbesar jawaban mahasiswa FTI UAJY sebesar 34%, yaitu ragu-ragu bahwa mereka sering membeli produk secara online akibat iklan yang muncul di media sosial dan 40% mahasiswa menjawab setuju bahwa iklan di media sosial memengaruhi keinginan untuk membeli produk secara online. Sebesar 53% atau lebih dari setengah mahasiswa FTI UAJY sangat tidak setuju bahwa mereka menghabiskan uang lebih dari Rp dalam satu bulan untuk membeli produk secara online. Kemudian, mayoritas mahasiswa FTI UAJY sebesar 41% sangat tidak setuju untuk mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli produk yang terdapat di iklan media sosial. Hal ini mengindikasikan bahwa iklan yang terdapat di media sosial tidak terlalu berpengaruh dalam memengaruhi minat pembelian mahasiswa FTI UAJY. Enrico et al menyatakan bahwa kecenderungan perilaku konsumtif remaja sebagian besar terbentuk dengan melihat dan meniru orang lain dalam lingkup sosial [15]. Munculnya banyak iklan di media sosial juga tidak terlalu memengaruhi sifat konsumtif mahasiswa FTI UAJY. Terbukti sebanyak 38% mahasiswa FTI UAJY menjawab sangat tidak setuju bahwa mereka menjadi lebih konsumtif ketika banyak iklan yang bermunculan di media sosial dan hanya 1% yang menjawab sangat setuju. Proceeding SINTAK 2019 ISBN 978-602-8557-20-7 482 Gambar 4. Grafik pendapat responden atas pernyataan “Saya sering mengabaikan iklan yang muncul di media sosial” Gambar 5. Grafik pendapat responden atas pernyataan “Saya merasa terganggu dengan iklan yang muncul di media sosial” Gambar 4 menunjukkan bahwa banyaknya iklan di media sosial membuat 34% mahasiswa FTI UAJY mengabaikan iklan tersebut, dikarenakan iklan tersebut tidak terlalu menarik perhatian mereka. Kemudian, pada Gambar 5 ditunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa FTI UAJY yaitu sebesar 29% sangat setuju bahwa keberadaan iklan di media sosial mengganggu kenyamanan mereka dalam menggunakan media sosial. Hal ini dikarenakan jumlah iklan di media sosial yang dirasa sudah terlampau banyak. Hampir tiap menitnya terdapat konten yang berisikan iklan yang mempromosikan sesuatu. Meskipun keberadaan iklan tidak secara langsung berpengaruh terhadap pembelian, tetapi iklan dapat menjadi sarana untuk membantu pemasaran yang efektif untuk menjalin komunikasi antara perusahaan dengan konsumen dalam upayanya menghadapi kompetitor dan meningkatkan brand awareness [16]. Iklan yang efektif memiliki pesan yang dapat membuat penerima tertarik, memiliki strategi tepat sasaran dan bersifat persuasif. Dari data yang didapatkan, 51% mahasiswa FTI UAJY menjawab ragu-ragu bahwa mereka tertarik dengan tayangan iklan di media sosial, sedangkan 2% di antaranya menjawab sangat setuju. Bentuk iklan di media sosial juga bermacam-macam, di antaranya berbentuk video atau hanya berupa gambar. Mayoritas mahasiswa sebesar 37% menjawab ragu-ragu apabila mereka lebih tertarik melihat iklan di media sosial dalam bentuk video dan 33% menjawab ragu-ragu apabila mereka lebih tertarik melihat iklan di media sosial dalam bentuk gambar. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk iklan tidak memengaruhi ketertarikan mahasiswa terhadap iklan tersebut. Selain tidak terpengaruh terhadap bentuk iklan, mahasiswa juga tidak terpengaruh oleh deskripsi yang terdapat dalam iklan di media sosial. Hal ini ditunjukkan dari mayoritas mahasiswa FTI UAJY sebesar 37% menjawab ragu – ragu dalam hal tertarik melihat deskripsi yang terdapat dalam iklan di media sosial. Proceeding SINTAK 2019 ISBN 978-602-8557-20-7 483 Gambar 6. Grafik pendapat responden atas pernyataan “Saya tertarik melihat diskon yang terdapat dalam iklan di media sosial” Selain gambar, video, dan deskripsi, diskon dan merk juga menjadi daya tarik mahasiswa dalam membeli suatu barang online. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Gambar 6, sebanyak 43% mahasiswa FTI UAJY mengatakan setuju bahwa mereka merasa tertarik ketika melihat diskon yang terdapat dalam media sosial. Mahasiswa FTI UAJY sebanyak 38% juga menjawab setuju bahwa mereka merasa tertarik melihat merk yang terdapat dalam iklan di media sosial. Selain produk, ada beberapa hal lagi yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam membeli suatu produk online, salah satunya adalah orang yang ikut mempromosikan produk tersebut, seperti contohnya artis, youtuber, influencer, selebgram dan lain – lain. Endorsement merupakan suatu cara pemasaran baru yang dilakukan pada jejaring sosial dimana objeknya bukan hanya artis, namun orang/individu yang memiliki pengikut yang banyak, juga dapat menjadi pengiklan. Hal tersebut diklaim efektif untuk dapat meningkatkan minat konsumen terutama dari kalangan milenial [17]. Dari data yang telah terkumpul, ada 19% mahasiswa FTI UAJY yang menjawab setuju, 18% menjawab tidak setuju, dan 42% mahasiswa FTI UAJY yang menjawab ragu – ragu. Hal ini menunjukkan bahwa produk yang dipromosikan oleh artis, youtuber, influencer, selebgram tidak terlalu berpengaruh terhadap ketertarikan mahasiswa dalam membeli produk. Gambar 7. Grafik pendapat responden atas pernyataan “Iklan di media sosial lebih menarik daripada iklan di media lain media cetak, radio, dll” Media penyampaian pesan juga memiliki andil besar dalam proses komunikasi [18]. Penempatan iklan di media tertentu juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi para pengiklan. Terdapat dua media yang menjadi sarana penempatan iklan, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak adalah media yang bersifat statis dan mengutamakan pesan-pesan visual yang lahir dari proses percetakan dengan bahan baku dasarnya maupun sarana penyampaian pesannya menggunakan kertas sedangkan media elektronik adalah media yang proses kerjanya berdasar pada prinsip elektronik dan elektromagnetis contoh televisi, radio, internet [19]. Media sosial sendiri merupakan salah satu jenis media elektronik. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Gambar 7, mayoritas mahasiswa FTI UAJY sebesar 41% setuju bahwa iklan yang berada di media sosial lebih menarik dibandingkan iklan yang berada di media lain. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini media sosial menjadi salah satu media terbaik bagi para pengiklan untuk mencapai para calon konsumen. Iklan di media sosial juga terkadang sering mempromosikan produk-produk secara acak. Produk yang terdapat di dalam iklan media sosial tidak sesuai dengan apa yang konsumen harapkan. Para pengguna tidak diberikan pilihan untuk mengatur jenis iklan tertentu yang sesuai dengan preferensi mereka. Hal ini dibuktikan dengan data sebesar 44% mahasiswa menjawab setuju bahwa mereka menginginkan iklan yang muncul di media sosial sesuai dengan produk yang mereka minati. Adanya iklan di media sosial juga memiliki beberapa pengaruh, baik itu pengaruh buruk maupun pengaruh baik bagi para pengguna sosial. Ada yang merasa terganggu dan ada yang merasa terbantu dengan adanya iklan karena dapat menemukan produk-produk menarik dengan lebih mudah. Namun, mayoritas mahasiswa FTI UAJY sebesar 41% merasa ragu bahwa adanya iklan di media sosial membantu mereka dan 10% sangat setuju bahwa iklan di media sosial sangat membantu mereka. Proceeding SINTAK 2019 ISBN 978-602-8557-20-7 484 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kuesioner online yang dibagikan kepada mahasiswa aktif FTI UAJY angkatan 2018 didapatkan informasi bahwa keberadaan iklan di media sosial tidak memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap minat pembelian mahasiswa. Berdasarkan data yang kami dapatkan, 40% mahasiswa setuju bahwa iklan di media sosial berhasil memengaruhi keinginan mereka untuk membeli produk secara online, namun hanya 1% yang menjawab sangat setuju bahwa mereka sering membeli produk secara online akibat iklan di media sosial. Keberadaan iklan di media sosial juga tidak serta merta membuat mahasiswa menjadi rela untuk mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli produk yang ada di iklan media sosial, hal ini dibuktikan dengan data sebesar 41% yang mengatakan sangat tidak setuju dan 38% yang mengatakan sangat tidak setuju jika mereka menjadi lebih konsumtif. Adanya iklan di media sosial dianggap mengganggu para mahasiswa dalam menggunakan media sosial. Para mahasiswa lebih sering mengabaikan iklan-iklan yang terdapat di media sosial meskipun tayangan tersebut cukup menarik perhatian. Namun, adanya diskon dan merk terkenal yang terdapat di iklan media sosial membuat para mahasiswa menjadi tertarik dengan iklan tersebut. Para mahasiswa juga menginginkan iklan yang muncul sesuai dengan produk-produk yang mereka minati. Dampak iklan di media sosial terhadap minat pembelian mahasiswa FTI UAJY tidak membawa dampak yang terlalu signifikan meskipun para mahasiswa mengaku lebih tertarik dengan iklan yang berada di media sosial dibandingkan di media-media lainnya. Iklan di media sosial tidak memberikan pengaruh yang cukup besar untuk mahasiswa sehingga mereka memutuskan untuk tidak membeli produk yang berada di iklan tersebut. 6. SARAN Penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui dampak dari iklan di media sosial terhadap mahasiswa di Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengetahui dampak dari iklan di media sosial terhadap mahasiswa yang lebih spesifik dan dengan lingkup wilayah penelitian yang lebih luas, misalnya mahasiswa se provinsi DIY. DAFTAR PUSTAKA [1] T. Ragunathan, S. K. Battula, V. Jorika, C. Mounika, A. U. Sruthi, and M. D. Vani, “Advertisement posting based on consumer behavior,” in Procedia Computer Science, 2015. [2] E. Constantinides, “Foundations of Social Media Marketing,” Procedia - Soc. Behav. Sci., 2014. [3] A. Arnold, “4 Ways Social Media Influences Millennials’ Purchasing Decisions,” 2017. [4] L. Can and N. Kaya, “Social Networking Sites Addiction and the Effect of Attitude towards Social Network Advertising,” Procedia - Soc. Behav. Sci., 2016. [5] Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, “Infografis Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia,” Teknopreuner, 2018. [6] U. S. C. Bureau, “Mid-year Five Year Age Groups and Sex - Custom Region - Indonesia,” 2019. [7] W. A. Social, “Data Pengguna Telepon, Internet, Media Sosial Indonesia,” 2019. [8] G. Z. Karimova, “Defining advertising A carnivalesque perspective,” Int. J. Journal. Mass Commun., 2014. [9] T. Flew, New Media An Introduction. 2007. [10] E. D. S. Watie, “PERIKLANAN DALAM MEDIA BARU Advertising In The New Media ,” J. Messenger, 2016. [11] P. Kotler and K. L. Keller, “Marketing management 14th ed.,” in Prentice Hall., 2012. [12] S. Gunelius, “30-Minute Social Media Marketing,” in McGraw-Hill Companies, 2011. [13] J. Heridiansyah, “Pengaruh Advertising Terhadap Pembentukan Brand Awareness Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian Produk Kecap Pedas ABC,” J. STIE Semarang, 2012. [14] W. Supriyanto and R. Iswandari, “Kecenderungan Sivitas Akademika dalam Memilih Sumber Referensi untuk Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi,” Berk. Ilmu Perpust. dan Inf., 2017. [15] B. Setia Wibowo, “Pengaruh Instagram Online Store, Konformitas Dan Iklan Televisi Terhadap Perilaku Konsumtif Serta Dampaknya Terhadap Gaya Hidup Hedonis Mahasiswa,” JBTI J. Bisnis Teor. dan Implementasi, 2018. [16] F. Sukma, M. Sarma, and M. Syamsun, “Efektivitas Iklan dalam Menumbuhkan Brand Awareness SMA Sampoerna,” Manaj. IKM J. Manaj. Pengemb. Ind. Kecil Menengah, 2015. [17] W. L. Hardilawati, I. D. Binangkit, and R. Perdana, “Endorsement Media Pemasaran Masa Kini,” JIM UPB, 2019. [18] K. Imasari and C. Lu, “PENGARUH MEDIA PERIKLANAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN SISWA SMU UNTUK MENDAFTAR DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA SIKAP KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI STUDI KASUS SISWA SMU DI BANDUNG Kartika Imasari,” J. Bisnis dan Ekon., 2010. Proceeding SINTAK 2019 ISBN 978-602-8557-20-7 485 [19] Rudika Harminingtyas and T. Susetyarsi, “PENGARUH MEDIA IKLAN DAN MODEL IKLAN TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA KOPI BUBUK SIAPSAJI MEREK LUWAK WHITE KOFFIE DI KOTA SEMARANG,” J. STIE SEMARANG, 2015. Yohanes Priadi Wibisono Clara Hetty PrimasariDanniel SetiawanTrend Fashion belakangan ini menjadi industry yang paling menguntungkan dan menjadi popular di Indonesia. Berdasarkan data dari CNBC Indonesia 2019, perkembangan industry fashion mampu berkontribusi sekitar 18,01% atau Rp. 116 Triliun. Meningkatnya jumlah pemain dalam industri fashion mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat pesaingan pada industri tersebut. Persaingan dalam pemasaran produk fashion melalui media social dan marketplace menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para pelaku industri fashion. Hal ini berdampak pada UMKM khususnya di bidang fashion. Mereka membutuhkan metode pemasaran baru yang sebelumnya berupa foto, menjadi konten video. Dalam pemasaran yang dilakukan, tidak semua UMKM khususnya di bidang fashion menguasai metode pemasaran menggunakan konten video. Berdasarkan Situasi dan kondisi, maka disusunlah konsep Pengabdian Masyarakat ini untuk memberi pelatihan dan pembuatan konten video Dwi Setya Watiep> Advertising i s currently getting a huge challenge. the number of ads , it is realized or not, effects on saturation of advertising. New era media presents new communications media to the community. This condition should be recognized by anyone working in the advertising, because the development of advertising is in line with a new media movement, so the expectansy of the intended market segment will be achieved better. Today, the challenge of a new style of advertising ha s been answered by the professions related to a new advertising which is driven by the appearance and the popularity of the new social media. One of the new profession known by and used in advertising is a Buzzer. The principle work of Buzzer is similar to WOM Word Of Mouth. However, it should also be remembered that the selection of buzzer is also important, so that t he purpose of advertising can be achieved.

iklan yang ditampilkan di media sosial adalah