Haimanusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah IlmuMembelah diri menjadi banyak . ilmu pecah raga prabu siliwangi. January 1, 2000 Uncategorized. Harapan kami, Informasi tentang ilmu pecah raga prabu siliwangi yang disajikan di halaman ini bisa membantu Anda dalam mendapatkan informasi terkait dengan ilmu pecah raga prabu siliwangi. PENDAHULUAN Ilmu kalam adalah salah satu ilmu yang dipelajari dalam islam, yang muncul pada masa - masa awal dipelajarinya islam. Menurut bahasa ilmu kalam berarti ucapan atau perkataan dan dalam islam kalam bisa berarti firman ALLAH SWT. Perkataan "kalam" sebenarnya merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi, khususnya bagi KajianIslam tentang bela diri yang pertama kami mulai dari hukum Islam mengenai bela diri. Perlu sobat ketahui bahwa dalam Islam sendiri melakukan olahraga bela diri ini hukumnya mubah. Mubah sendiri memiliki artian bahwa sesuatu yang dilakukannya boleh dalam Islam bahkan termasuk hal yang dianjurkan namun tidak ada jaminan pahala bagi yang melakukannya. Rasanyaperlu disudahi coretan catatan membelah awan kali ini. Oh ya, sebelum terlupa! Dalam CMA 2.0, diri teralih tumpuan kepada isu masa depan negara. Sekarang belum sampai 100 hari, macam-macam perkara yang merisaukan sudah pun berlaku, khususnya dalam hal bersangkutpaut akan agama Islam. Ramai yang mengeluh. Ramai yang marah. Ramai yang Vay Tiền Nhanh Ggads. Konsep ilmu dalam Islam menjadi bagian integral dari worldview atau pandangan hidup Islam, sehingga dirinya mempunyai ciri khas tersendiri yang menjadikannya berbeda dengan konsep-konsep dalam peradaban lain. Karya tulis ini bersumber dari beberapa literatur yang terkait dengan pokok bahasan, dan analisisnya menggunakan konten analisis. Kesimpulannya, ilmu menurut pandangan hidup Islam tidak hanya melingkupi substansi pengetahuan, namun juga menjadi elemen penting dalam peradaban. Berkenaan dengan urgennya kedudukan ilmu, beberapa tokoh seperti Ibnu Khaldun, Imam al-Ghazali, ataupun Syed Muhammad Naurib Al-Attas memberikan beberapa ciri dari klasifikasi ilmu untuk mendudukkan mana yang lebih prioritas, yang kedepanya terkait dengan bagaimana objek ilmu dalam Islam ditentukan. Dari penuturan tokoh-tokoh ini, dapat diketahui bahwa ilmu di dalam Islam tidak hanya ilmu-ilmu akidah dan syari’ah saja, namun juga ada sederet ilmu-ilmu lain seperti, ilmu fisika, biologi, dan lain sebagainya yang perlu dikaji. Kata Kunci Ilmu, Filsafat, Islam, Pandangan Hidup, Barat Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 213Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra – Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam Achmad Baihaqi1, Aisyah Anin Refani Adesra2 1SMA Negeri 1 Mojo Kediri, 2Sekolah Tinggi Agama Islam STAI Madiun 1abaihaqi853 2refanianin Abstrak Konsep ilmu dalam Islam menjadi bagian integral dari worldview atau pandangan hidup Islam, sehingga dirinya mempunyai ciri khas tersendiri yang menjadikannya berbeda dengan konsep-konsep dalam peradaban lain. Karya tulis ini bersumber dari beberapa literatur yang terkait dengan pokok bahasan, dan analisisnya menggunakan konten analisis. Kesimpulannya, ilmu menurut pandangan hidup Islam tidak hanya melingkupi substansi pengetahuan, namun juga menjadi elemen penting dalam peradaban. Berkenaan dengan urgennya kedudukan ilmu, beberapa tokoh seperti Ibnu Khaldun, Imam al-Ghazali, ataupun Syed Muhammad Naurib Al-Attas memberikan beberapa ciri dari klasifikasi ilmu untuk mendudukkan mana yang lebih prioritas, yang kedepanya terkait dengan bagaimana objek ilmu dalam Islam ditentukan. Dari penuturan tokoh-tokoh ini, dapat diketahui bahwa ilmu di dalam Islam tidak hanya ilmu-ilmu akidah dan syari’ah saja, namun juga ada sederet ilmu-ilmu lain seperti, ilmu fisika, biologi, dan lain sebagainya yang perlu dikaji. Kata Kunci Ilmu, Filsafat, Islam, Pandangan Hidup, Barat Abstract The concept of science in Islam is an integral part of the Islamic worldview or way of life, so that it has its own characteristics that make it different from concepts in other civilizations. This paper is sourced from several literatures related to the subject matter, and the analysis uses content analysis. In conclusion, science according to the Islamic view of life not only covers the substance of knowledge, but also becomes an important element in civilization. With regard to the urgency of the position of science, several figures such as Ibn Khaldun, Imam al-Ghazali, or Syed Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam – Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra214 Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 Muhammad Naurib Al-Attas provide several characteristics of the classification of knowledge to place which one is more priority, which in the future is related to how the object of knowledge in Islam is determined. From the narratives of these figures, it can be seen that science in Islam is not only the sciences of faith and sharia, but there are also a number of other sciences such as physics, biology, and so on that need to be studied. Keywords Science, Philosophy, Islam, View of Life, Western 1. Pendahuluan Diskursus mengenai ilmu di dalam dunia Islam merupakan prasyarat utama dalam memperoleh kebahagiaan, baik di dunia dan di akhirat. Bisa dikatakan sebab kemunduran peradaban Islam saat ini adalah karena krisisnya ilmu dalam tubuh Islam. Dalam upaya menegakkan dan mengembalikan peradaban Islam, maka bangunan ilmu harus ditegakkan. Dalam konteks itu, Islammerupakan agama yang sangat mendorong dan mendukung tegaknya kebenaran, rasionalitas, dan ilmu pengetahuan al-     bahwa agama Islam adalah akal rasionalitas, maka tidak dikatakan beragama orang yang tidak mendayagunakan akalnya. HR. Ibn Hibbân. Beberapa ayat al- pengetahuandan kedudukan ulama. Diantaranya adalah firman Allah Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan yang diberi -Mujâdilah [58]11. Perkembangan ilmu bermula dari sikap kuriositas rasa ingin tahu manusia dan berbagai persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Karena memiliki potensi akal, rasa, karsa, dan mata hati bashîrah, termasuk spiritualitas God Spot, noktah Ilahiyyah yang ada dalam dirinya, manusia selalu terdorong untuk mengetahui sesuatu, memahami berbagai obyek yang ada di sekitarnya, mencari jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang mengusiknya, baik mengenai alam sekitarnya makro kosmos maupun mengenai alam dirinya sendiri mikro kosmos. Dua pilar utama pengembangan ilmu pengetahuan adalah penalaran rasionalitas dan pengamatan empirisme. Achmad Reza Hutama al-Faruqi,Konsep Ilmu dalam Islam, Ponorogo UNIDA, 2015, hlm. 224-225 215Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra – Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 Keduanya terjalin sangat erat, dan menjadi dasar metode ilmiah. Keingintahuan manusia dapat muncul dari renungan, refleksi, pemikiran dan kontemplasi yang kemudian ditindaklanjuti dengan pengamatan, pencatatan, analisis dan konseptualisasi. Bisa jadi, rasa ingin tahu juga muncul berdasarkan pengamatan, kemudian dilanjutkan dengan renungan. 2. Ilmu a. Pengertian Ilmu Ilmu atau dalam bahasa Arab disebut dengan ilm yang       alima yang artinya mengetahui. Secara etimologi, ilmu berasal dari akar kata ain-lam-mim yang diambil dari perkataan alaamah, yaitu ma’rifah pengenalan, syu’ur kesadaran, tadzakkur pengingat, fahm dan fiqh pengertian dan pemahaman, aql intelektual, diraayah dan riwaayah perkenalan, pengetahuan, narasi, hikmah kearifan, alaamah lambang, tanda atau dedikasi yang dengan sesuatau atau seseorang dikenal. Al-  -Sunnah juga sangat mendorong umat Islam untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini sejalan dengan perintah pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi-Nya, yaitu perintah membaca, melakukan pembacaan dengan mengatasnamakan Allah iqra’ bismi rabbik-Alaq [96]1-6. Dalam al-    ilm  ilm, antara lain, digunakan sebagai "proses pencapaian pengetahuandan obyek pengetahuan" QS. al-Baqarah [2]31-32. Beberapa Sunnah Nabi SAW juga memerintahkan kita untuk menuntut ilmu semenjak buaian ibu hingga masuk liang lahat mati. Tinta ulama itu lebih utama    HR. al-Bukhârî. Menuntut ilmu juga merupakan salah satu jalan yang mengantarkan seseorang masuk surga. Berperangdalam rangka mencari ilmu itu lebih disukai Allah daripada mengikuti seratus kali perang HR. al-Bukhârî.Dalam konteks tersebut, semua manusia mencipta dan diciptakan oleh sistem kebudayaannya melalui proses pendidikan. Sejarah kebudayaan manusia berkembang dari tahap mitis penuh mitos, ontologis, dan fungsional. Jadi, ilmu dalam Islam merupakan jalan yang dapat mengantarkan seseorang kepada ma`rifat Allah mengenal dan Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam – Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra216 Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 memahami Allah, sehingga ia menjadi abd hamba sekaligus khalifah-Nya yang bertanggung jawab dalam membangun peradaban dunia yang berkeadilan dan menyejahterakan. b. Klasifikasi Ilmu Menurut Al-Ghazali Secara terminologi ilmu pengetahuan adalah hasil dari aktivitas mengetahui, yaitu ditemukannya sebuah kenyataan ke merupakan syarat mutlak bagi jiwa untuk dapat dikatakan  huan knowledge sudah puas dengan       science menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekadar tuntutan pengetahuan knowledge. Menurut Al-Ghazali sendiri dalam ar-Risalah al-Ladunniyyah Knowledge al-i’lm is the presentation, by rational, tranquilized soul al-nafs al-nat{iqah almutma’innah, of the real meaning of things, their outward forms-when divested of matter inthemselves-their modes, their quantities, their substance, and their essences, if they are sImāmple. So, the knower al-a’lim is the one who comprehends and perceipes and apprehends, and that which is known al-ma’lum is the essence of the thing, the knowledge of which is engraved upon the soul. Dari kutipan di atas al-Ghazali mengindikasikan bahwasannya objek daripada ilmu pengetahuan akan menjadi sebuah ilmu pengetahuan setelah memahami arti, tujuan, kuantitas, substansi, dan esensi yang dapat dinalar setelah dipersepsi oleh akal dan jiwa yang tenang. Untuk mencapai hal demikian, kiranya ada beberapa langkah yang harus diambil oleh para penuntut ilmu pengetahuan umumnya, khususnya para muslimin dan muslimat, dari ilmu pengetahuan pula ada klasifikasi yang harus diketahui oleh kalangan ilmuwan agar tidak salah memaknai arti sebuah kewajiban untuk menuntut ilmu, Al- mengklasifikasikannya. Al-Ghazali memperkenalkan dua kelompok besar ilmu, yaitu ilm mu’amalah dan ilmu pengungkapan  ilm mukasyafah Ilm mu’amalah berurusan dengan , 10 Januari 2020, 217Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra – Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 prasyarat     Ilm mukashafah merupakan apa yang dibicarakan oleh nabi secara tersirat dan singkat melalui lambang dan kiasan. Sains yang pertama dibagi menjadi eksoterik yang mencangkup kegiatan fisik seperti ritual dan kebiasaan, dan sains esoterik yang berhubungan dengan kegiatan ruhani dalam hubungannya dengan dunia malaikat di luar persepsi indrawi. Selanjutnya, al-Ghazali mengelompokkan ilmu menjadi fardhu ain dan fardu kifayah. Fardhu ain menunjukkan ilmu-ilmu yang terkait dengan perintah dan larangan agama. Fardu kifayah mencakup ilmu-ilmu yang penguasaannya wajib bagi suatu masyarakat Muslim tapi tidak mengikat bagi tiap individu. 1 Ilmu Fardhu ain Banyak ayat al-    ilmu dan ketinggian derajat. Pada periode awal Islam, ilmu mengacu pada dua hal, yaitu ilm dan fiqhIlm digunakan oleh al-      wahyu revealed knowledges, yang pasti dan absolut, sedangkan fiqh lebih bersifat keilmuan dan rasional. Selain itu, konsep ilmu mempunyai dimensi moralitas. Konsep ilm dan fiqh yang bersifat doktrinal yang memunculkan islamic worldview, yaitu pemahaman doktrinal yang menyeluruh atau disebut sebagai struktur pengetahuan knowledge structure. Islam menganjurkan pemeluknya untuk meneliti, memahami alam semesta, dan kondisi alam. Korelasi antara ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah sangat jelas. Ilmu fardhu ain menyingkap rahasia Dzat yang Maha Wujud; menerangkan dengan sebenar-benarnya hubungan antara diri manusia dengan Tuhan, dan menjelaskan maksud dari mengetahui sesuatu dan tujuan kehidupan yang sebenarnya. Klasifikasi ilmu ini mencerminkan adanya adab dalam ilmu. Konsekuensinya, kategori ilmu pengetahuan yang pertama harus membimbing yang kedua. Jika tidak, ilmu pengetahuan kedua ini akanmembingungkan manusia dan secara terus-menerus menjebak mereka dalam suasana pencarian tujuan dan makna kehidupan. Mereka yang dengan sengaja memilih cabang tertentu dari ilmu kategori kedua dalam usaha meningkatkan Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam – Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra218 Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 kualitas diri dan masyarakat mereka harus dibimbing oleh pengetahuan yang benar dari kategori pertama. Berlandaskan pada pertimbangan kegunaan dan kemudharatan sebuah disiplin ilmu dalam perspektif religius, al-Ghazali membagi ilmu dalam hierarki hukum dalam pencariannya. Pertama, kategori fardhu ain, yaitu ilmu-ilmu yang harus dimiliki oleh setiap orang Islam, tidak bisa ditawar, demi kebaikan dan keselamatannya di kehidupan akhirat. Ilmu yang masuk dalam kategori ini mengacu pada ilmu-ilmu yang mengarah pada jalan menuju pada keselamatan hidup sesudah  ilm tariq alakhirah.Walaupun demikian, pelaksanaan tugas mencari ilmu fardhu ain ini harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan baik jangka panjangmaupun pendek dan kemampuan masing-masing individu. Ilmu fardhu ain berkenaan dengan tiga hal, yaitu 1 i’tiqad hal-hal yang wajib diimani, 2 amal, 3 untuk mencari pengetahuan tentang ketiga aspek kehidupan ini diisyaratkan oleh munculnya perkembangan baru dan lingkungan yang berubah dalam kehidupan individu. Dalam persoalan i’tiqad, tiada tempat keraguan di dalamnya. Bila iman dilanda keraguan, seorang wajib mencari pengetahuan yang dapat menghilangkan keraguan tersebut. Al- tentang keraguan. Al-  -ilmu yang masuk dalam kategori fardhu ain ini dalam dua bagian, yaitu ilmu  ilm al-mukashaffah    ilm al-mu’ammalah.Ilmu mukashaffāh adalah ilmu batinyang berusaha untuk menyingkap atau memahami makna-makna yang tersembunyi, seperti makna kenabian, makna wahyu, malaikat, mizan, sirat, permusuhan setan dengan malaikat, dan seterusnya. Walaupun demikian, karena ia bersifat esoterik, sehingga tidak diwajibkan bagi umat Muslim untuk mencarinya, melainkan hanya untuk kalangan kecil manusia yang meniti     ilm mu’amalah adalah ilmu yang mempunyai otoritas dalam praktik-praktik ibadah. Di dalamnya terdapat korelasi antara doktrin dan praktik. Tujuannya menyelamatkan jiwa agar mendapatkan kebahagiaan di akhirat. 219Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra – Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 2 Ilmu Fardhu Kifayah Ilmu fardhu kifayah sama sekali tidak boleh dipandang sebelah mata dalam upaya urusan dunia, seperti kedokteran. Hal tersebut jika tidak dikuasai oleh seorang saja dalam sebuah masyarakat, kelompok ataupun golongan, maka sudah dipastikan kelompk tersebut mengalami kesusahan. Namun jika sudah dipelajari dan dikuasai oleh sebagian orang, kewajiban bagi yang lain telah gugur. Menurut al-Ghazali, ilmu atau pengetahuan yang masuk dalam kategori fardhu kifayah hanya boleh dipelajari dengan porsi yang secukupnya. Indikasi kecukupan ilmu fardhu kifayah secara umum mencakup tiga aspek, yaitu pertama, ilmu-ilmu kategori fardhu kifayah  ari ilmu-ilmu fardhu ain. Orang yang mempelajari ilmu fardhu kifayah harus senantiasa menjaga keunggulan dan prioritas ilmu fardhu ain. Kedua, orang yang mempelajari ilmu fardhu kifayah harus benar-benar mengalami perkembangan bertahap dalam studi ilmu fardhu kifayah. Ketiga, orang harus menahan diri untuk mempelajari ilmu fardhu kifayah tersebut jika telah dipelajari oleh orang lain dalam jumlah yang cukup. Sebuah ilmu diperoleh dengan tiga tingkatan, yaitu terbatas iqtisar, cukup iqtisad, dan tingkat lanjut istiqsa. Ilmu-ilmu yang ada dalam kategori fardhu kifayah tidak boleh dikejar hingga keluar dari batas dua derajat yang pertama. Menurut al-Ghazali, ilmu-ilmu yang masuk dalam kategori fardhu kifayah terdiri atas empat jenis, yaitu usul pokok, furu’ cabang, muqaddimat prasarana, dan mutammimat pelengkap. Ilmu yang termasuk dalam kelompok prinsip usul tetapi tidak bisa dipahami secara langsung tekstual tetapi bisa dicerap oleh seperti ilmu bahasa dan ilmu nahwu yang merupakan alat untuk memahami al- Mutammimat berkaitan dengan pengetahuan tentang nasikh dan mansukh, am dan khas; ilmu tentang para periwayatan hadits, dan sejenisnya. Selain dari empat jenis keilmuan tersebut, ada beberapa ilmu lain yang secara eksplisit disebutkan oleh al-Ghazali sebagai kategori fardhu kifayah. Ilmu-ilmu tersebut adalah kedokteran al-tibb dan aritmetika al-hisab, juga politik al-siyasah, logika al-mantiq   ilm alkalam, dan metafisika. Beberapa dasar keterampilan dan industri, seperti Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam – Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra220 Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 pertanian al-fallahah, tekstil al-hiyakah, dan desain busana al-khiyayah, masuk dalam kategori fardhu kifayah. Ilmu fardhu kifayah terbagi menjadi dua, yaitu ilmu-ilmu agama shar’iyyah, yang diambil dan berkisar tentang wahyu Allah dan Sunnah Rasulullah, seperti ilmu tafsir, hadith, fiqh, usul al-fiqh, dan lain-lain, serta ilmu non agama ghayru syar’iyyah yang berasal dari hasil penalaran akal manusia, pengalaman, dan percobaan, seperti kedokteran, matematika, ekonomi, astronomi, dan lain. Ilmu ini berkaitan dengan fisik dan objek-objek yang berhubungan dengannya, yang dapat dicapai melalui penggunaan daya intelektual dan jasmaniah. Ilmu pengetahuan ini bersifat tanpa pola dan pencapaiannya menempuh jalan yang bertingkat-tingkat. 3. Konsep Awal Ilmu Dalam menjelaskan ilmu secara terminology, al-Attas menggunakan dua definisi, pertama,ilmu sebagai sesuatu yang berasal dari Allah SWT, kedua, sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif, ilmu bias diartikan sebagai datangnya jiwa wusul pada makna sesuatu atau objek ilmu. Hal ini berimplikasi bahwa ilmu mencakup semua hal. Selanjutnya al-Attas menjelaskan bahwa kedatangan yang dimaksud adalah proses yang di satu pihak memerlukan mental yang aktif dan persiapan spiritual di pihak pencari ilmu, dan pihak lain keridhaan serta kasih saying Allah SWT sebagai zat yang memberikan ilmu. Definisi ini mengisyaratkan bahwa pencapaian ilmu dan pemikiran, yang disebut juga proses perjalanan jiwa pada makna adalah sebuah proses spiritual. Ibn Khaldun memilah ilmu atas dua macam, yaitu ilmu naqliyah ilmu yang berdasarkan pada otoritas atau ada yang menyebutnya ilmu-ilmu tradisional dan ilmu aqliyah ilmu yang berdasarkan akal atau dalil rasional. Termasuk yang pertama adalah ilmu-ilmu al-       ta’biir al ru’yah. Sedangkan yang kedua adalah filsafat metafisika, matematika, dan fisika, dengan macam-macam pembagiannya. Al-Attas mengklasifikasikan ilmu berdasarkan hakikat yang inheren dalam keragaman ilmu manusia dan cara-cara yang mereka file///C/Users/user/Downloads/302-620-1-SM%204.pdfSabtu, 11 Januari 2020, 221Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra – Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 tempuh untuk memperoleh dan menganggap kategorisasi ini sebagai bentuk keadilan dalam menempatkan ilmu pengetahuan sebagai objek dan manusia sebagai subjek. Dalam klasifikasinya, Al-Attas membagi ilmu dalam dua bagian, yaitu ilmu iluminasi ma’rifah dan ilmu sains. Dalam bahasa Melayu yang pertama disebut dengan ilmu pengenalan dan yang kedua disebut dengan ilmu pengetahuan. Dalam konteks ini, ilmu pengetahuan jenis pertama dikategorikan sebagai ilmu fardhu ain yang bisa dan harus dipelajari oleh setiap umat Islam. Sedangkan yang kedua berkaitan dengan fisik dan objek-objek yang berhubungan dengannya, yang bisa dicapai melalui penggunaan daya intelektual dan jasmaniah. Ia bersifat fardhu kifayah dan perolehannya. Dalam pembagian diatas, disimpulkan bahwa ilmu dalam Islam tidak hanya meliputi ilmu-ilmu akidah dan syariah saja. Selain kedua ilmu tersebut, kita masih berkewajiban untuk menuntut ilmu lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan ilmu syari’iyyahkita akan mempelajari tanda Allah dari ayat qauliyyah yang bisa disebut dengan dzikir, sedangkan dengan ilmu ghair syar’iyyah, kita akan mempelajari ayat kauniyyahAllah yang terbentang pada jagat raya ini, yang disebut dengan tafakur. Dalam hal ini, kita bisa menelaah bahwa dua aktivitas ini merupakan implementasi dari ayat al-ayat 190-191, dengan naatijah buah penerimaan amal oleh Allah bagi para pelakunya. Manusia diberkahi qalb atau hati yang dapat menerima pengalaman tentang alam metafisik. Mengetahui alam metafisik tidak dapat dilakukan secara langsung tanpa melalui perantara wahyu. Ilmu tanpa bimbingan wahyu hanya akan menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu, ilmu dalam Islam tidak bisa terlepas dari wahyu sebagaimana dinyatakan dalam surah al-     Allah SWT mengajarkan kepada manusia apa yang tidak  Objek ilmu dalam Islam tidak semata berkaitan dengan objek fisik atau yang tampak pada indra dan akal manusia. Namun ia mencakup objek fisik dan metafisik. Oleh karena itu, kebenaran ilmu atau hal-hal yang mengandung nilai ilmiah dalam Islam, tidak hanya bisa diverifikasi atau difalsifikasi oleh fakta empiris, dan dirasionalkan melalui eksperimen atau logika semata. Islam menegaskan bahwa semua ilmu datang dari Allah SWT. Klasifikasi ilmu pengetahuan yang telah diberikan oleh para ahli Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam – Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra222 Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 filsafat, pakar, dan orang bijaksana, khususnya para ahli sufi dapat diterima seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Hazm, Imam al-Ghazali, dan al-Suyuti. Al-Attas juga mengakui kebenaran klasifikasi ilmu yang mereka berikan. Objek ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada kajian fisik empiris saja, hal ini tentunya berbeda dengan epistemologi Barat Modern. Jikalau Barat hanya mengakui indra dan rasio, spekulasi filosofis dalam epistemologinya, maka dalam pandangan filsuf Muslim, ilmu yang datang dari Tuhan dapat diperoleh melalui 3 cara indra yang sehat, laporan yang benar, dan intelek. Pertama, indra yang sehat terdiri dari dua bagian, yaitu panca indra eksternal dan internal. Panca indra eksternal terdiri dari peraba touch, perasa taste, pencium smell, pendengaran hearing, dan penglihatan sight. Sedangkan panca indra internal adalah akal sehat, indra representatif, indra estimatif, indra retentif rekolektif, dan indra imajinatif. Kedua, laporan yang benar al-khabar al-shadiq berdasarkan otoritas yang terbagi menjadi dua, yaitu otoritas mutlak, yaitu yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Contoh otoritas mutlak adalah seperti otoritas ketuhanan, al- nisbi, yaitu kesepakatan alim ulama dan kabar dari orang-orang yang terpercaya secara umum. Ketiga, intelek, yang terdiri dari dua bagian yaitu akal sehat sound reason/ration, dan ilham intuition. Sebagai penjelasan bahwa Islam tidak pernah mengecilkan peranan indra, yang dasarnya merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian ilmu pengetahuan mengenai realitas empiris. Era modern ini ditandai dengan pandangan hidup yang saintifik dengan warna sekularisme, rasionalisme, empirisme, cara berfikir dikotomis, desakralisasi, pragmatisme, dan penafian kebenaran metafisis agama. Selain itu modernisme yang terkadang disebut juga dengan westernisme membawa serta paham nasionalisme, kapitalisme, humanisme, liberalisme, sekularisme, dan sejenisnya. Pada masa ini, paradigma mulia dihancurkan oleh posmodernisme dengan melahirkan paham-paham baru seperti nihilisme, relativisme, pluralisme, dan persamaan gender dan umumnya anti worldview. Namun, posmodernisme hanya kelanjutan dari paradigma modernisme itu sendiri, karena masih mempertahankan paham liberalisme, rasionalisme, dan pluralisme. 223Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra – Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 Dampak dari paham, aliran, dan pemikiran yang dibawa modernisme dan posmodernisme terhadap ilmu pengetahuan sangatlah besar. 4. Cara Menuntut Ilmu dalam Pandangan Islam Mencari ilmu diwajibkan atas setiap Muslim. Tidak dapat dipungkiri bahwa hasil dari aktivitas pencarian ilmu yang menyeluruh ini akhirnya membentuk hubungan dari konsep-konsep yang pada akhirnya menghasilkan skema konseptual keilmuan the scientific conceptual scheme. Skema ini muncul sebagai hasil islamic worldview. Apabila skema tersebut muncul pada masyarakat atau peradaban tersebut, hal tersebut dinamakan tradisi keilmuan scientific tradition. Dengan kata lain, the scientific conceptual scheme tersebut merupakan pondasi dari munculnyatradisi keilmuan Islam, dan mengalami perkembangan pesat. Rasulullah telah menerangkan menerangkan tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Beliau telah mengajarkan adab dan segala sesuatu dengan jelas. Diantara adab yang beliau ajarkan adalah ikhlas dalam menuntut ilmu, ikhlas dalam mengamalkan ilmu, dan ikhlas dalam mengajarkan dan mendakwahkan ilmu. Begitu pula para Shahabat dan Thabi’in, mereka mereka menasehati agar setiap Muslim dan Muslimah memperhatikan adab-adab dalam menuntut ilmu, agar ilmu yang dikaji dan dipelajari menjadi ilmu yang bermanfaat. Seorang penuntut ilmu perlu mengetahui adab-adab menuntut ilmu yang harus dikuasai. Ia harus mengikuti jejak para Salafush Shalih dalam mencari ilmu dan beradab dengan ilmu yang telah diraih. Ia juga perlu mengetahui bagaimana para Salaf begadang dan meninggalkan tidur demi mencari ilmu. Cara Menuntut Ilmu dalam Pandangan Islam 1. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu 2. Memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah SWT 3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmudan rindu untuk mendapatkannya 4. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga,Bogor Pustaka At-Taqwa, 2016, hlm. 66 Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam – Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra224 Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 5. Tidak boleh sombong dan tidak boleh sombong dalam menuntut ilmu 6. Mendengarkan dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru 7. Diam ketika pelajaran disampaikan 8. Berusaha memahami ilmu yang disampaikan 9. Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan 10. Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari 11. Mendakwahkan ilmu 5. Simpulan Konsep ilmu dalam Islam sangatlah berbeda dengan konsep ilmu ilmu dalam Islam tidak hanya bersifat empirik tapi juga metafisik. Sumber ilmu dalam Islam juga berbeda dengan epistemologi Barat. Jika Barat hanya mengtakui indra dan rasio, maka dalam pandangan Islam, ilmu dating dari Tuhan yang diperoleh melalui indra sehat, khabar shadiq, dan intuisi. Ilmu dalam Islam dapat mengantarkan kepada kebenaran mutlak, sedangkan Barat hasil dari pada ilmu adalah relatif. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan cermin dari kemajuan peradaban umat manusia. Pengembangan ilmu sangat bergantung pada komitmen teologis dan spiritual nilai-nilai moral yang dianut oleh pengembangnya, termasuk komitmen lembaga pendidikan dalam membelajarkan, mengembangkan ilmu dan mengokohkan bangunan epistemologinya. Islam sebagai agama universal cukup kompatibel untuk kembali berperan penting dalam kemajuan ilmu-ilmu dengan berbasis pada komitmen spiritual, dan nilai-nilai religious dan moral sehingga ilmu yang dikaji dan dikembangkan dapat memberi manfaat bagai kesejahteraan umat manusia. 225Achmad Baihaqi & Aisyah Anin Refani Adesra – Penerapan Ilmu Menurut Ajaran Islam Sumbula Volume 6, Nomor 2, Desember 2021 DAFTAR PUSTAKA Abdul Yazid bin Qadir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju At-Taqwa Bogor, 2016. file///C/Users/user/Downloads/302-620-1-SM%204.pdf Reza Achmad Hutama al-Faruqi,Konsep Ilmu dalam Islam. UNIDA Ponorogo, 2015. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Yazid Bin QadirJawasAbdul Yazid bin Qadir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju At-Taqwa Bogor, 2016. file///C/Users/user/Downloads/302-620-1-SM%204.pdf BIB%20ABDUL%20WAHAB%20-% Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sambil menikmati makan siang di sebuah restoran cepat saji di surabaya, menyempatkan menulis artikel yang berhubungan dengan obrolan saya dengan seorang staf yang saja ajak makan siang hari ini. Staf saya ini saya ajak karena hari ini saya harus mengunjungi sebuah “access point” untuk melakukan maintenance jaringan yang koneksinya buruk beberapa hari ini. Setelah selesai melakukan pengecekan jaringan, langsung deh saya ajak berhenti untuk makan siang, nah ketika sedang makan siang tiba-tiba ada seseorang bapak yang menghampiri saya sambil mengulurkan tangannya lalu berkata “pak firman ya, wah..lagi makan siang nih pak”. Sambil menyalami bapak ini saya pun menjawabnya, “pak budiono ya..gimana kabarnya pak?” Bapak ini adalah seorang alumni AMC sekitar 5 bulan yang lalu kayaknya di bulan Juli 2014, bapak ini duduk sebentar bersama saya lalu menceritakan pengalamannya selama ini dalam menerapkan metode AMC dalam kehidupannya sehari-hari, bapak ini memiliki bisnis restoran di surabaya dan juga sebagai PNS di salah satu instansi pemerintah propinsi. Beliau bercerita bahwa setelah mengenal AMC dia merasa memiliki banyak diri yang bisa bertugas masing-masing. “pak firman, saya benar-berterima kasih dengan ilmu ini, saya rasa bapak memberikan ilmu dengan sangat murah pak, ketika saya memahami AMC maka saya bisa membelah diri seperti prabu siliwangi yang saya idolakan, ketika saya sedang dikantor maka urusan di restoran juga bisa beres dan lancar, benar-benar ajaib pak, dan saya kagum dengan cara pak firman yang mengajarkan dengan sederhana,mudah dan santai. Oh ya pak, saya pengen gabung di grup facebook ya pak, saya baru dibuatkan facebook sama anak saya, maklum sudah tua gak pake facebook pak” sambil tertawa lepas bapak ini bercerita. Saya pun menyahuti obrolan ini, “hehe, gampang kan pak jadi prabu siliwangi yang membelah diri jadi banyak, kan bapak waktu itu dikelas yang semangat bilang kalau ilmu AMC ini ilmunya prabu siliwangi hehe”. Bapak ini pun menjawab “iya pak, AMC ini ilmu yang mahal sebenarnya sebab kalau dengan cara tradisional membutuhkan banyak pengorbanan baik dalam waktu dan materi, puasanya dan maharnya kan mahal pak, tapi pak firman ngajarnya hanya 1 hari dan tuntas semua, ini yang saya suka dari pak firman dibandingkan orang lain yang ngaku2 ngajar pikiran tapi dia tidak paham, oke pak firman saya duluan ya, soalnya sudah dari tadi saya disini hehe”, bapak ini izin pamit meninggalkan saya. Sambil bersalaman saya bicara kebapak ini “hehe..saya bukan seperti mereka pak, saya bukan dukun, saya juga bukan spiritual,bukan paranormal seperti mereka, saya akademisi, saya juga orang ilmiah telekomunikasi, lha ini saya baru benerin jaringan hehe. Saya hanya kasihan melihat bangsa ini diberikan pemahaman yang aneh, pemahaman yang susah, pemahaman yang berbelit tentang PIKIRAN, tentang kekuatan diri, padahal semuanya mudah dan sederhana. Ilmu membelah diri seperti prabu siliwangi sebenarnya hal yang mudah dan simpel jika kita memahami dengan benar, saya membuat metode AMC Alpha Mind Control hasil dari eksperimen yang memang saya kerjakan sendiri, saya mencoba ke diri saya untuk melakukan “pembelahan diri” dengan memiliki berbagai fungsi. Bahkan staf saya yang sekarang didepan saya juga kaget dan bertanya, “kok bisa ya pak firman menjadi banyak fungsi gitu, jadi dosen, memberikan training AMC, manager NOC Network Operation Center juga, bahkan konsultan IT juga, konsultan pikiran, apa gak pusing pak?”. Saya pun menjelaskan ke staf saya itu, “diri kita ini luar biasa, kalau kita bisa membagi-bagi diri, melakukan pembelahan diri dengan benar maka semua fungsi itu bisa kita lakukan. Coba lihat laptop ini, dalam suatu waktu bisa membuak banyak page, bisa membuka banyak aplikasi, hebat kan?masak kita kalah ama laptop ini, yang menciptakan laptop ini kan manusia, seharusnya manusia lebih hebat dari laptop ini, benar kan?” Dalam kelas AMC memang saya mengajarkan sampai ke tahap ilmu membelah diri ini, dibagian akhirnya sih sebab saya ingin membimbing orang sesuai prosedur dari pengenalan dasar sampai ke atas sehingga membuat orang dengan mudah memahami PIKIRANnnya. Saat saya mengakhiri artikel ini, saya harus mengatakan terima kasih kepada “salah satu diri saya” yang membisiki saya untuk menulis artikel ini, hehe.. Lihat Lyfe Selengkapnya - Akhlak yang mulia merupakan salah satu indikator kekuatan iman seorang muslim. Bagaimanapun juga, salah satu misi ajaran Islam adalah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Hal itu tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak,” Baihaqi. Saking pentingnya akhlak dalam Islam, sebagaimana dilansir NU Online, ia menjadi disiplin ilmu tersendiri di antara bidang-bidang keilmuan lainnya. Kadang kala, ia diintegrasikan dengan tasawuf dan filsafat karena berhubungan erat dengan konsep etika, moralitas, dan lain sebagainya. Selain dilakukan pada orang lain, akhlak terpuji juga mesti diterapkan pada diri sendiri dengan menjalankan perintah agama dan menghindari perilaku-perilaku tercela yang dilarang Islam. Berikut ini akhlak terpuji yang dapat diterapkan pada diri sendiri sebagaimana dikutip dari buku Akidah Akhlak 2020 yang ditulis oleh Muta'allimah. 1. Menuntut ilmuMenuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Bahkan, ayat pertama yang diturunkan pada Rasulullah adalah perintah membaca, sebagai salah satu cara untuk memperoleh ilmu. Seseorang yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh berarti ia sudah berakhlak mulia pada dirinya sendiri, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW "Barang siapa menempuh satu jalan [cara] untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga," Muslim. Ilmu yang wajib dipelajari seorang muslim adalah ilmu agama, minimal paham dasar-dasar ajaran Islam. Selanjutnya, ia juga dituntut untuk menimba ilmu duniawi sesuai dengan bidang yang ia geluti sehari-harinya. 2. Bekerja kerasIslam sangat mewanti-wanti umatnya untuk tidak menjadi pemalas. Jika seseorang memiliki suatu keinginan, ia diimbau untuk bekerja keras merealisasikan keinginannya tersebut. Dalam Islam, bekerja keras istilahnya adalah berikhtiar sesuai kemampuan masing-masing. Bekerja keras dan tidak berpangku tangan pada orang lain adalah teladan dari Rasulullah SAW, sebagaimana sabda beliau "Barangsiapa yang pada waktu sore merasa lelah karena pekerjaan kedua tangannya [bekerja keras] maka pada saat itu dosanya diampuni,” Thabrani. 3. Bekerja cerdas produktif, kreatif, dan inovatifSelain bekerja keras, Islam juga mengajarkan umatnya untuk bekerja cerdas dengan kinerja yang produktif, kreatif, dan inovatif. Orang yang bekerja cerdas akan mencari cara agar kinerjanya efisien dan tidak membuang-buang waktu. Dalil untuk bekerja cerdas ini tertuang dalam Al-Quran surah Ar-Ra'du ayat 11 "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia," QS. Ar-Ra’du [13] 11. Perintah untuk inovatif dan kreatif ini bertujuan agar umat Islam selalu melek perkembangan zaman, serta tidak tertinggal dengan umat-umat lainnya. Sebagai misal, di tengah perkembangan teknologi yang pesat, seorang muslim dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungannya, mengembangkan diri, serta menyesuaikan dengan kondisi era sekarang. Metode dakwah juga harus adaptif, seperti memanfaatkan media sosial, surat kabar, saluran televisi, hingga kanal YouTube agar menjangkau audiens yang lebih luas. Kendati ada perintah untuk kreatif dan inovatif, namun hal ini hanya berlaku untuk perkara dunia, bukan dalam perkara ibadah. Mengada-ada hal baru dalam perkara ibadah tergolong bidah yang dilarang Islam. 4. Bertawakal pada AllahSeorang muslim tidak hanya menyandarkan usahanya atas kemampuannya sendiri, melainkan juga memasrahkan hasil usahanya kepada Allah SWT. Berserah diri pada Allah SWT atas usahanya itu dikenal dengan sebutan tawakal, yaitu mewakilkan dirinya kepada Allah. Apabila seorang muslim bertawakal pada Allah, maka ia tidak akan kecewa atau berputus asa atas hasil apa pun yang ia peroleh nantinya. Muh. Muinudinillah Basri dalam buku Indahnya Tawakal 2008 menjelaskan bahwa tawakal mencakup permohonan total kepada Allah SWT agar memberikan pertolongan dan rida atas tekad yang sudah ditetapkannya. Tawakal dapat dimulai ketika seorang muslim sudah menetapkan tekad ingin melakukan suatu hal, tidak harus menunggu hingga ia berikhtiar terlebih dahulu, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 159 “Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal pada-Nya," Ali Imran [3] 159.Baca juga Pengertian Akhlak Mahmudah dalam Agama Islam dan Contoh Sifatnya Jenis-Jenis Akhlak Menurut Islam Pengertian, Contoh dan Manfaatnya - Pendidikan Kontributor Abdul HadiPenulis Abdul HadiEditor Dhita Koesno Kewajipan menuntut ilmu Seseorang muslim dapat memelihara akalnya dengan ilmu dan mempergunakan akalnya untuk mendapat petunjuk serta nikmat Allah Subhanahuwata’ala. Oleh itu, di sisi Islam, menuntut ilmu adalah amalan fardhu dan mulia bagi setiap muslim dan muslimah. Sabda Rasulullah Salallahu’alaihiwasallam “Mencari ilmu adalah fardhu ke atas setiap muslim” Hadits riwayat Ibnu Majah Sehubungan dengan itu Allah Subhanahuwata’ala juga menyeru kepada setiap muslim supaya terus-menerus menuntut ilmu. Dialah yang akan mengangkat darjat para ilmuan ulama’. Ilmuan juga digolongkan oleh Allah Subhanahuwata’ala sebagai orang yang bertaqwa. Firman-Nya إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah ulama’. Surah Fathir 28 Oleh yang demikian, kita dituntut oleh Islam supaya bersungguh-sungguh menuntut ilmu pengetahuan supaya semakin bertambah ilmu, maka semakin dekatlah diri kita dengan Allah Subhanahuwata’ala. Ilmu itu merupakan cahaya untuk kita lebih merasai keesaan Allah Subhanahuwata’ala, serta kekuasaan dan keagongan-Nya. Dengan ini akan bertambahlah ketakutan ketaqwaan kepada Allah Subhanahuwata’ala. Islam juga mengutamakan orang yang mempunyai ilmu sepertimana firman Allah Subhanahuwata’ala قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٩ Adakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Surah Az-Zumar 9 Safwan Ibn Assal Al-Maradi telah datang menemui Rasulullah Salallahu’alaihiwasallam sedang baginda berada di masjid, maka berkatalah dia kepada Rasulullah Salallahu’alaihiwasallam Wahai Rasulullah Salallahu’alaihiwasallam, aku ini sedang mencari ilmu. Maka Rasulullah Salallahu’alaihiwasallam pun bersabda yang bermaksud Dipersilakan dengan gembira kepada penuntut ilmu, sesungguhnya penuntut ilmu diselubungi oleh para malaikat sehingga bersusun sebahagiannya ke atas sebahagiannya hingga sampai mereka kelangit dunia, lantaran cinta mereka kepada apa yang dituntutnya. Riwayat Ahmad, Attabarani, Ibnu Habban dan Al-Hakim Menuntut ilmu hingga ke akhir hayat Yang dikatakan menuntut ilmu hingga ke akhir hayat ialah kita terus menerus membaca, mengkaji serta menambahkan ilmu hinggalah ke akhir hayat. Para salafussoleh dan ulama’-ulama’ terdahulu, mereka memandang bahawa ilmu itu akan hidup dan berkembang terus dengan cara belajar dan membaca. Sebaliknya ilmu itu akan kering serta layu apabila berhenti belajar dan membaca. Sebuah kata-kata masyhur oleh Imam Ibn Abdul Barri Kamu sentiasa menjadi alim selagi mana kamu menjadi pelajar, maka apabila kamu merasa cukup, kamu telah menjadi jahil. Imam Malik juga ada mengatakan Tidak wajar bagi seorang yang mempunyai ilmu meninggalkan pelajarannya. Telah di katakan kepada Ibn Mubarak “Sampai bilakah kamu menuntut ilmu?”. Beliau lantas menjawab, “Hingga ke akhir hayat dan boleh jadi ada kalimah yang berguna kepadaku yang belum aku tulis lagi.” Alangkah indahnya jawaban Imam Sufian terhadap soalan “Siapakah di antara manusia yang paling berhajat kepada ilmu?”. Maka berkatalah Imam Sufian, “orang yang paling alim di kalangan mereka”. Justeru itu alangkah cintanya para ulama’ terdahulu terhadap ilmu dan alangkah besarnya ilmu di dalam jiwa mereka. Oleh itu marilah manusia yang ada pada hari ini mengikut dan meneladan jejak langkah mereka. Kesimpulan Islam mendidik umatnya supaya terus-menerus menuntut ilmu. Menuntut ilmu adalah fardhu di atas setiap individu muslim. Penuntut muslim bertanggungjawab menuntut ilmu dengan sebaik yang mungkin. Menuntut ilmu di nilai sebagai amal jihad di sisi Allah Subhanahuwata’ala dan mendapat pahala di sisi-Nya. Islam menyeru umatnya menuntut ilmu agar lebih dekat dan bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata’ala. Tanpa Ilmu manusia buta, tanpa iman manusia sengsara. Contohilah ulama’ terdahulu di atas kesungguhan mereka mencari ilmu walaupun terpaksa berjalan beribu-ribu batu jauhnya. Kita hendaklah menuntut ilmu serta melaksanakannya dalam kehidupan kita kerana Allah Subhanahuwata’ala. InsyaAllah usaha-usaha kita itu akan mendapat keberkatan dan keredhaan daripada Allah Subhanahuwata’ala. Filsafat Pendidikan Barat dan Islam sama-sama terpengaruh oleh Filsafat Yunani. Seiring perkembangannya memiliki berbagai aliran yang mampu memberi karakter di dunia pendidikan. Perbedaan yang sangat signifikan antara keduanya adalah Filsafat Pendidikan Islam merupakan proses investasi kemanusiaan yang mengandung nilai ibadah sedangkan dalam Filsafat Pendidikan Barat hanya mengandung proses kemanusiaan dan tidak bernilai ibadah. Namun terlepas dari perbedaan tersebut, baik pendidikan Islam maupun Barat keduanya menjadikan manusia sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. Sehingga sangat relevan jika pendidikan harus dilakukan sepanjang hayat manusia long life education. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ALIRAN DAN TOKOH FILSAFAT PENDIDIKANAnalisis Perbandingan Antara Islam Dan BaratOlehLismawani dan Saifullah IdrisABSTRAKFilsafat Pendidikan Barat dan Islam sama-sama terpengaruh oleh Filsafat perkembangannya memiliki berbagai aliran yang mampu memberikarakter di dunia pendidikan. Perbedaan yang sangat signifikan antara keduanyaadalah Filsafat Pendidikan Islam merupakan proses investasi kemanusiaan yangmengandung nilai ibadah sedangkan dalam Filsafat Pendidikan Barat hanyamengandung proses kemanusiaan dan tidak bernilai ibadah. Namun terlepas dariperbedaan tersebut, baik pendidikan Islam maupun Barat keduanya menjadikanmanusia sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. Sehingga sangat relevan jikapendidikan harus dilakukan sepanjang hayat manusia long life education.Kata Kunci Aliran-Aliran, Filsafat, Pendidikan IslamA. PENDAHULUANMenurut Islam, pendidikan adalah corak hitam putihnya perjalanan hidupseseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakansalah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsungseumur hidup semenjak dari buaian hingga ajal datang Al- Hadis – life tersebut secara tidak langsung telah menempatkan pendidikansebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat hal ini Dewey berpendapat bahwa “Pendidikan sebagai salah satu kebutuhanhidup a necessity of life, salah satu fungsi sosial a social function, sebagaibimbingan as direction, sebagai sarana pertumbuhan as means of growth, yangmempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup,1 lewat transmisibaik dalam bentuk informal, formal maupun nonformal”. Bahkan jauh Lodgemengatakan bahwa “Pendidikan dan proses hidup dan kehidupan manusia itu1 John Dewey, Democracy and Education, New York The Free Press, 1966, hlm. 1-541 berjalan serempak, tidak terpisah satu sama yang lain–life is education, andeducation is life.”2Dengan demikian, pendidikan menyandang misi keseluruhan aspekkebutuhan hidup dan berproses sejalan dengan dinamikanya hidup serta perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai akibat logisnya maka pendidikan senantiasamengandung pemikiran dan kajian, baik secara konseptual maupun operasionalnya,sehingga diperoleh relevansi dan kemampuan menjawab tantangan sertamemecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat dan kajian tentang pendidikan dilakukan oleh para ahli dalamberbagai sudut tinjauan dan disiplin ilmu, seperti agama, filsafat, sosiologi, ekonomi,politik, sejarah, dan antropologi. Sudut tinjauan ini menyebabkan lahirnya cabangilmu pengetahuan kependidikan yang berpangkal dari sudut tinjauannya, yaitupendidikan agama, filsafat pendidikan, sosiologi pendidikan, dan ALIRAN-ALIRAN UTAMA DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMDalam dunia pendidikan Islam, terdapat tiga aliran utama filsafat pendidikanIslam, yaitu 1 Aliran Konservatif, dengan tokoh utamanya adalah al-Ghazali, 2Aliran Religius-Rasional, dengan tokoh utamanya yaitu Ikhwan al-Shafa, dan 3Aliran Pragmatis, dengan tokoh utamanya adalah Ibnu 1. Aliran Konservatif al-MuhafidzTokoh-tokoh aliran ini adalah al-Ghazali, Nasiruddin al-Thusi, Ibnu Jama’ah,Sahnun, Ibnu Hajar al-Haitami, dan al-Qabisi. Aliran al-Muhafidz cenderungbersikap murni keagamaan. Aliran ini memaknai ilmu dengan pengertian al-Thusi, ilmu yang utama hanyalah ilmu-ilmu yang dibutuhkan saatsekarang, yang jelas akan membawa manfaat di akhirat Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadia. Berdasarkan pembidangannya, ilmu dibagi menjadi dua bidang2 Rupert C. Lodge, Philosophy of Education, Hareh & Brothers, New York, 1947, Arif, Mahmud dalam “Pengantar Penerjemah” Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan IslamPerspektif Sosiologis-Filosofis, karya Muhammad Jawwad Ridha, Yogyakarta Tiara Wacana Yogya,2002, hlm. Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendidikan Historis, Teoritis dan Praktis.Jakarta Ciputat Press, 2002, hlm. 1 Ilmu syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari para Nabi, terdiri atas1 Ilmu ushul ilmu pokok, 2 Ilmu furu’ cabang, 3 Ilmu pengantarmukaddimah, dan 4 Ilmu pelengkap mutammimah.2 Ilmu ghairu syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari ijtihad ulama’atau intelektual muslim, terdiri atas 1 Ilmu terpuji, 2 Ilmu yangdiperbolehkan tak merugikan, 3 Ilmu yang tercela merugikan.5 b. Berdasarkan status hukum mempelajarinya, dapat digolongkan menjadi 1 Ilmu yang fardlu ain, dan 2 Ilmu yang fardlu menegaskan bahwa ilmu-ilmu keagamaan hanya dapat diperolehdengan kesempurnaan rasio dan kejernihan akal budi. Karena, hanya dengan rasiolahmanusia mampu menerima amanat dari Allah dan mendekatkan diri al-Ghazali ini sejalan dengan aliran Mu’tazilah yang berpendapat bahwarasio mampu menetapkan baik buruknya umum pemikiran al-Ghazali dalam pendidikannya antara laina. Kegiatan menuntut ilmu tiada lain berorientasi pada pencapaian ridha Teori ilmu ilhami sebagai landasan teori pendidikannya, dan diperkuatdengan sepuluh kode etik peserta Tujuan agamawi merupakan tujuan puncak kegiatan menuntut Pembatasan term al-ilm hanya pada ilmu tentang Dari deskripsi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemikiran utamaaliran konservatif antara lain 1 Ilmu adalah ilmu al-hal, yaitu ilmu yang dibutuhkansaat sekarang yang bisa membawa manfaat di akhirat, 2 Ilmu-ilmu selain ilmukeagamaan adalah sia-sia, dan 3 Ilmu hanya bisa diperoleh melalui Aliran Religius-Rasional al-Diniy al-AqlaniyTokoh-tokoh aliran ini adalah Ikhwan al-Shafa, al-Farabi, Ibnu Sina, dan IbnuMiskawaih. Aliran ini dijuluki “pemburu” hikmah Yunani di belahan dunia Timur,dikarenakan pergumulan intensifnya dengan rasionalitas Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam…, hlm. dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta Ar-RuzzMedia, 2010, hlm. Menurut Ikhwan al-Shafa, yang dimaksud dengan ilmu adalah gambarantentang sesuatu yang diketahui pada benak jiwa orang yang mengetahui. Prosespengajaran adalah usaha transformatif terhadap kesiapan ajar agar benar-benarmenjadi riil, atau dengan kata lain, upaya transformatif terhadap jiwa pelajar yangsemula berilmu mengetahui secara potensial, agar menjadi berilmu mengetahuisecara riil-aktual. Dengan demikian, inti proses pendidikan adalah pada kiattransformasi potensi-potensi manusia agar menjadi kemampuan “psikomotorik”.7 Ikhwan berpendapat bahwa akal sempurna mengemanasikan keutamaan-keutamaan pada jiwa dan dengan emanasi ini eternalitas akal menjadi penyebabkeberadaan jiwa. Kesempurnaan akal menjadi penyebab keabadian jiwa dansupremasi akal menjadi penyebab kesempurnaan Pandangan dualisme jiwa-akal Ikhwan tersebut merupakan bukti dari pengaruh pemikiran Ikhwan, jiwa berada pada posisi tengah antara dunia fisik-materiildan dunia akal. Hal inilah yang menjadikan pengetahuan manusia menempuh laju“linier-progresif” melalui tiga cara, yaitu 1 Dengan jalan indera, jiwa dapat mengetahui sesuatu yang lebih rendahdari substansi dirinya; 2 Dengan jalan burhan penalaran-pembuktian logis, jiwa bisamengetahui sesuatu yang lebih tinggi darinya; dan 3 Dengan perenungan rasional, jiwa dapat mengetahui tidak sependapat dengan ide Plato yang menganggap bahwa belajartiada lain hanyalah proses mengingat ulang. Ikhwan menganggap bahwa semuapengetahuan berpangkal pada cerapan inderawiah. Segala sesuatu yang tidakdijangkau oleh indera, tidak dapat diimajinasikan, segala sesuatu yang tidak bisadiimajinasikan, maka tidak bisa Ikhwan sangat memberi tempat terhadap ragam disiplin ilmu yangberkembang dan bermanfaat bagi kemajuan hidup manusia. Implikasinya adalah7 Ridla, Muhammad Jawwad. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam PerspektifSosiologis-Filosofis. Arif, Yogyakarta Tiara Wacana Yogya, 2002, hlm. 788 Ridla, Muhammad Jawwad. Tiga Aliran Utama…, hlm. Ridla, Muhammad Jawwad. Tiga Aliran Utama…, hlm. konsep ilmu berpangkal pada “kesedia-kalaan” ilmu tanpa membagi ragam disiplin ilmu sebagai berikut 1 Ilmu-ilmu Syar’iyah keagamaan, 2 Ilmu-ilmu Filsafat, dan3 Ilmu-ilmu Riyadliyyat matematik. Al-Farabi menghendaki agaroperasionalisasi pendidikan seiring dengan tahap-tahap perkembanganfungsi organ tubuh dan kecerdasan Dari pemikiran kedua tokoh di atas, teori utama aliran Religius-Rasional iniantara lain 1 Pengetahuan adalah muktasabah, yakni hasil perolehan dari aktivitasbelajar,2 Modal utama ilmu adalah indera,3 Lingkup kajian meliputi pengkajian dan pemikiran seluruh realitas yangada,4 Ilmu pengetahuan adalah hal yang begitu bernilai secara moral dan sosial,dan5 Semua ragam ilmu pengetahuan adalah Aliran Pragmatis al-Dzarai’iyTokoh aliran Pragmatis adalah Ibnu Khaldun. Sedangkan tokoh PragmatismeBarat yaitu John Dewey. Bila filsafat pendidikan Islam berkiblat pada pandanganpragmatisme John Dewey, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah segalasesuatu yang sifatnya nyata, bukan hal yang di luar jangkauan Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pengetahuan dan pembelajaran adalah tabi’ipembawaan manusia karena adanya kesanggupan Pendidikan bukanhanya bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan akan tetapi juga untukmendapatkan keahlian duniawi dan ukhrowi, keduanya harus memberikankeuntungan, karena baginya pendidikan adalah jalan untuk memperoleh mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan tujuan fungsionalnya,10 Syar’i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Pustaka Firdaus, 2005, hlm. Basri, Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung Pustaka Setia, 2009, hlm. Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, YogyakartaPustaka pelajar, 2008, hlm. yaitu 1 Ilmu-ilmu yang bernilai instrinsik. Misal ilmu-ilmu keagamaan, Ontologidan Teologi, dan2 Ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik-instrumental bagi ilmu instrinsik. Misalkebahasa-Araban bagi ilmu syar’iy, dan logika bagi ilmu sumbernya, ilmu dapat dibagi menjadi dua yaitu 1 Ilmu aqliyah intelektual yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari olah pikirrasio, yakni ilmu Mantiq logika, ilmu alam, Teologi dan ilmu Matematik,dan2 Ilmu naqliyah yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari hasil transmisi dariorang terdahulu, yakni ilmu Hadits, ilmu Fiqh, ilmu kebahasa-Araban, Ibnu Khaldun, ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yangsemata-mata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspekpragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan merupakan gejalakonklusif yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangannya dalamtahapan kebudayaan. Menurutnya bahwa ilmu dan pendidikan tidak lain merupakangejala sosial yang menjadi ciri khas jenis pemikiran Ibnu Khaldun di atas, maka ide pokok pemikiran aliranPragmatis antara lain 1 Manusia pada dasarnya tidak tahu, namun ia menjadi tahu karena prosesbelajar,2 Akal merupakan sumber otonom ilmu pengetahuan, dan3 Keseimbangan antara pengetahuan duniawi dan TOKOH-TOKOH UTAMA ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM13 Ridla, Muhammad Jawwad. Tiga Aliran Utama…, hlm. 1. Al Ghazalia. Riwayat Hidup Al-GhazaliImam Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad binMuhammad al-Ghazali. Ia lahir pada tahun 450H. Bertepatan dengan 1050M diGhazaleh, suatu kota kecil yang terletak di Tus, wilayah Khurasan. Al-Ghozalimerupakan anak seorang yang kurang mampu. Ayahnya adalah seorang yang jujur,hidup dari usaha mandiri, pemintal benang dan bertenun kain bulu wol. Ayahnyajuga sering mengunjungi rumah alim ulama’, hal ini dilakukan ayahnya karena padadasarnya juga sangat senang menuntut ilmu serta berbuat jasa kepada lima tahun sebelum beliau pulang ke hadirat Allah, beliau kembalike tempat asalnya di Thusia. Ia mengahabiskan waktunya untuk menuntut danmenyebarkan ilmu. Hal ini terbukti setelah ia kembali ke Thusia beliau membangunsebuah madrasah disamping rumahnya. Beliau juga masih sempat untuk mengajardan menuangkan gagasan-gagasannya kedalam bentuk tulisan. Al-Ghozali wafatpada hari Senin, tanggal 14 Jumadil al-tsani tahun 505 H/18 Desember 1111 M. Saatitu usianya baru 55 tahun. Dan dimakamkan disebelah tempat khalwatnya. Al-Ghozali meninggalkan 3 orang anak perempuan sedang anak laki-lakinya yangbernama Hamid telah meninggal dunia semenjak kecil sebelum wafatnya Al-Ghazali, dan karena anaknya inilah, ia di panggil “Abu Hamid” bapak si Hamid .Al-Ghazali memulai pendidikanya di wilayah kelahirannya, Tus denganmempelajari dasar-dasar pengetahuan. Selanjutnya ia pergi ke Nisyafur dan Khurasanyang pada waktu itu kedua kota tersebut terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuanterpenting di dunia islam. Di koya Nisyafur inilah Al Ghazali berguru kepada Imamal-Haramain Abi al-Ma’ali al-Juwaimy, seorang ulama yang pada saat itu menjadiguru besar di ayahnya Al-Ghazali meninggal dunia, ia pernah menitipkan keduaanaknyaseorang diantaranya adalah Muhammad, yang kemudian lebih dikenaldengan sebutan Al-Ghazali, kepada seorang sufi sahabat karib ayahnya. Ayahnyaberwasiat kepada sahabatnya untuk memberikan pendidikan kepada kedua anaknyadengan menggunakan harta warisan yang di Setelah harta peninggalan ayahnya habis terpakai, tidaklah mungkin bagisang sufi itu untuk menafkahi mereka berdua, karena pada dasarnya ia pun hidupdalam kekurangan. Namun, beliau memberikan masukan agar mereka melanjutkanbelajar ke madrasah, salain karena disana mereka bisa mewujudkan cita-cita luhurmereka untuk menjadi orang yang alim, mereka juga akan mendapatkan makan untukkelangsungan hidup mereka. Bersama saudaranya, Ghazali dan Ahmad tidakmenyia-nyiakan kesempatan emas ini untuk mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya. Memang, Pada saat itu masalah pendidikan sangat diperhatikan,pendidikan dan biaya hidup para penuntut ilmu di tanggung oleh pemerintah danpemuka masyarakat. Sehingga tidak mengherankan jika pada saat itubermunculannya para cendikiawan , baik dikalangan bawah, menengah, sampai dalam madrasah tersebut, Al-Ghazaliseorang anak yang dititipkantersebut mempelajari ilmu fiqh kepada Ahamad bin Muhammad Ar-Razikani danmempelajari tasawuf kepada Yusuf An-Nasaj, sampai pada usia 20 tahun. KemudianAl-Ghozali memasuki sekolah tinggi Nidhomiyyah, dan disinilah ia bertemu denganimam Dr. Abu Bakar Aceh mengisahkan sebagai berikut “Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqh, mantiq,dan ushul, dan dipelajarinya antara lainfilsafat dari risalah-risalah dari Ikhwanus Shofakarang Al-Farabi, Ibnu melalui ajaran-ajaran ahli filsafat itu, Al-Ghazali dapat menyelamipaham-paham Aristotheles dan pemikir Yunani yang lain. Juga ajaran Imam Syafi’I,Harmalah, Jambad, Al-Muhasibi, dan lain-lain, bukan tidak membekas padapendidikan Al-Ghazali. Begitu jugaImam Abu Ali Al-Faramzi, bekas murid Al-Qusyairiyang terkenal dan sahabat As-Subkhi, besar jasanya dalam mengajartasawuf kepada Al-Ghazali. Ia juga mempelajari agama-agama lain sepertimasehi”.Dan pada tahun 483 H/1090 M. ia diangkat menjadi guru besar diUniversitas Nidhomiyyah Bagdad. Tugas dan tanggung jawabnya itu dilaksanakandengan berhasil. Selama di Bagdad, selain mengajar ia juga mengadakan bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan bathiniyyah, ismailliyah, filsafat, antara mata pelajaran yang dipelajari Al Ghazali di kota tersebut adalahteologi, hukum islam, filsafat, logika, sufisme dan ilmu-ilmu islam. Ilmu-ilmu yang8 dipelajarinya inilah yang kemudian memengaruhi sikap dan pandangan ilmiahnyadikemudian hari. Hal ini terlihat dari karya tulisnya yang dibuat dalam berbagaibidang dalam ilmu demikian banyak keahliannya yang secara prima dikuasai AlGhazali, maka tidak mengherankan jika kemudian ia mendapat bermacam gelar yangmengharumkan namanya, seperti gelar Hujjatul Islam Pembela Islam, Syaikh al-Sufiyyin Guru Besar dalam Tasawuf, dan Imam al-Murabinpakar BidangPendidikan.Dalam pada itu sejarah filsafat islam mencatat bahwa al Ghazali padamulanya sebagai orang yang ragu terhadap berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmuyang dicapai melalui panca indera maupun akal. Hal ini disebabkan terdapatbeberapa aliran yang saling bertentangan, sehingga dapatmembingungkan dalammenetapkan aliran mana yang betul-betul benar di antara semua lanjut al Ghazali tidak hanya menentang pengetahuan yang dihasilkanakal pikiran, tetapi ia juga menentang pengetahuan yang dihasilkan panca panca indra tidak dapat dipercaya karena mengandung perjalanan intelektualnya, dalam tasawuflah ia memperoleh keyakinan yangdicari-carinya. Pengetahuan dan ilmu sebagai cahaya yang diturunkan Tuhan kedalam dirinya. Itulah yag membuat Al Ghazali memperoleh keyakinannya Pemikiran Al-Ghazali tentang PendidikanSuatu hal yang menarik dari Al-Ghozali adalah kecintaannya danperhatiannya yang sangat besar terhadap moralitas dan pengetahuan sehingga iaberusaha untuk mengabdikan hidupnya untuk mengarungi samudra dari dahaga akan ilmu pengetahuan serta keinginannya untuk mencapaikeyakinan dan mencari hakekat kebenaran sesuatu yang tidak pernah puas. Ia terusmelakukan pengembaraan intelektualitas, filsafat, ilmu kalam, tasawuf, dan sebabnya mengapa pemikiran Al-Ghazali terkadang inkonsisten dan kadangterdapat kita temui kontradiksi-kontradiksi dalam kitabnya. Karena di pengaruhi14 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Gaya Media Pratama, 2005. perkembangan sejak muda sekali dan pada waktu mudanya juga ia sudah banyakmenuliskan buah kaitannya terhadap pendidikan Al-Ghazali memberi pengertian yangmasih global. Selain karena memang dalam kitabnya yang paling Mashur Ihya’Ulumuddin tidak dijelaskan secara rigit tentang pendidikan sehingga, kita hanya bisamengumpulkan pengertian pendidikan menurut Al-Ghazali yang dikaitkan lewatunsur-unsur pembentukan pendidikan yang ia sampaikan “sesungguhnya hasil ilmuitu ialah mendekatkan diri kepada Allah,Tuhan semesta alam…,”“…dan ini,sesungguhnya adalah dengan ilmu yang berkembang melalui pengajajaran danbukan ilmu yang tidak berkembang”.Jika kita perhatikan, pada kutipan yang pertama, kata “hasil”, menunjukkanproses, kata “mendekatkan diri kepada Allah” menunjukkan tujuan, dan kata “ilmu”menunjukkan alat. Sedangkan pada kutipan kedua merupakan penjelasan mengenaialat, yakni disampaikannya dalam bentuk yang dimaksudkan Al-Ghazali dalam kutipan ucapannya diatas adalah sebuah konsep, dimana dalam sebuahpelaksanaan pendidikan harus memiliki tujuan yang berlandaskan pada pembentukandiri untuk mendekatkan peserta didik kepada itu, dalam proses pendidikan, Al-Ghazali menjelaskan sebuahtujuan pendidikan yang bermuara pada nilai moralitas akhlak. Sehingga tujuansebuah pendidikan tidak hanya bersifat keduniawian, pendidikan bukan sekedaruntuk mencari materi di masa mendatangnya. Melainkan pendidikan harus memilikirasa emansipatoris. Subuah konsep yang masih saja di dengung-dengungkan olehpakar ilmu kritis saat ini2. Ikhwan Al-Shafaa. Biografi Ikhwan al-Shafa’Ikhwan al-Shafa’ adalah nama sekelompok pemikir Muslim rahasia FilosikoReligius, berasal dari sekte si’ah Ismailiyyah yang lahir ditengah-tengah komunitasSunni sekitar abad ke-4 H/10 M di Keberadaan kelompok ini tidak jelas15Muhammad Atifh al-Iraqy, Al-Falsafat al-Islamiyyat Kairo Dar al-Ma’arif, 1978, karena mereka bersama para anggota merahasiakan diri dari aktivitas tidak jelas, risalah ensiklopedis yang mereka hasilkan, menurut Abu Hayyanal-Tauhidi Wafat tahun 414/1023 M dari data internal dalam risalah mereka, dapatdisimpulkan berasal dari masa antara tahun 347 H/958 M sampai tahun 373 H/983M atau dari perempat abad ke-4 H. Pusat kegiatan mereka di kota Basrah, tetapi diBaghdad juga terdapat cabang dari kelompok rahasia Dari Bashrah, Ikhwan AlSafa terus berkembang ke berbagai daerah seperti Iran dan Quwait. Organisasi inimengajarkan tentang dasar-dasar agama Islam yang didasarkan atas persaudaraanIslamiyah ukhuwah Islamiyah, yaitu sikap saling mencintai sesama saudara muslimdan kepedulian yang tinggi terhadap orang Semua anggota perkumpulanini wajib menjadi guru dan muballigh bagi dilihat dari literatur sejarah yang tidak dapat menjelaskan secara detailtentang keberadaan kelompok ini, dengan melihat kenyataan yang terjadi kala itu,kemungkinan besar bahwa kelompok ini sengaja menutup dirinya karenapermasalahan yang terjadi. Melalui cara menutup diri, tujuan kelompok ini adalahuntuk menyelamatkan masyarakat yang teracuni dengan masalah politikpemerintahan di kala itu. Kemudian untuk memperluas gerakannya, kelompok inimembelah diri untuk membentuk cabang-cabang serta mengajak para masyarakatyang berminat apada keilmuan dan tetapi, kerahasiaan mereka tetapterjaga dan membagi empat tingkatan Ikhwanal-Abrar al-Ruhama’, yakni kelompok yang berusia 15-30 tahun yang memilik jiwayang suci dan pikiran yang berstatus murid, untuk itu, dituntut tundukdan patuhsecra sempurna kepada Ikhwan al-Akhyar wa al-Fudhala’,yakni kelompok yang berusia 30-40 tingkatan ini mereka sudah mampumemelihara persaudaraan, pemurah, kasih sayang, dan bersiap berkorban demipersaudaraan tingkat guru-guru.Ketiga, Ikhwan al-Fudhala’ al-Karim, yaknikelompok yang berusia 40-50 tahun. Dalam kenegaraan kedudukan mereka samadengan sultan atau hakim. Keempat, Al-Kamal, yakni kelompok yang berusia 50tahun ke disebut dengan tingkatan al-Muqarrabin min Allah karena16 Abdul Azis Dahlan, “Filsafat” dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid IVJakarta Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2003, hlm. mereka sudah mampu memahami hakikat sesuatu sehingga hati mereka telah terbukadan menyaksikan kebenaran dengan mata samping itu juga, kelompok Ikhwan Al Safa mengklaim dirinya sebagaikelompok non partisan, objektif, ahli pencita kebenaran, elit intelektual dan mengajak masyarakat untuk menjadi kelompok orang-orangmu'min yang militan untuk beramar ma'ruf nahi mungkar. Dan sebagian sejarawankomtemporer menganggap bahwa perkumpulan ini merupakan kelompok terorganisirterdiri dari para filosof moralis yang menganggap bahwa pangkal perseteruan sosialpolitik dan keagamaan terdapat para keragaman agama dan aliran dan teknikkesukuan, sehingga mereka berusaha untuk mengilangkan dan mewadahi dalam satumadzhab yang inklusif dan berpijak pada ajaran yang disarikan dari semua agamadan aliran konteks demikian, dapat kami kemukakan bahwa kelompok Ikhwan alSafa pada realitanya adalah organisasi yang juga mempunyai tujuan-tujuan politisuntuk melakukan transformasi sosial namun tidak melalui cara radikal, revolusioner,melainkan melalui cara transformasi pola pikir masyarakat luas. Namun dalam halhal ini kami tidak membahas banyak, yang kami fokuskan adalah pembahasanpemikiran Ikhwan al Safa dalam sejarah Islam, kelompok ini tampil eksklusif dalam gerakan reformatifpendidikannya, karena itu mereka adalah ta'limiyyun pengajaran dalammelangsungkan kegiatan keilmuannya organisasi ini memandang pendidikan denganpandangan yang bersifat rasional dan empiric, atau perpaduan antara pandangan yangbersifat intelektual dan memandang ilmu sebagai gambaran darisesuatu yang diketahui dari alam ini. Dengan kata lain yang dihasilkan daripemikiran manusia itu terjadi karena mendapat bahan informasi yang dikirim olehpanca al-Shafa meyakini bahwa tiap-tiap anak dilahirkan dengan attitudesnya,artinya dengan potensi yang harus diaktualisasikan. Dengan akal dan emosi anak18Syamsul Rizal, Pengantar Filsafat Islam Bandung Cita Pustaka Media Perintis, 2010,hlm. Jawad Ridlo, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam; TiaraWacana 2002 hlm. Nata, MA. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta, Logos Wacana Ilmu. hal. akan mampu berkembang mulai dari stage intellect in habitu, kemudian ke intellectin actu, dan terakhir sampai pada acquired intellect. Dengan demikian posisi anakberangkat dari siterdidik akan meningkat menjadi pendidik bagi dirinya sendiridimana bentuknya sangat bervariasi mulai dari dirinya mampu belajar secaraotodidak atau dirinya mampu mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh Ikhwan al-Shafa ini kemudian berkembang dalam dunia pendidikansecara luas bahwa emosi dan intelligent siterdidik harus dikembangkan secaraoptimal. Hal ini untuk memacu siterdidik mampu mandiri baik dari aspek kehidupansehari-hari sampai pada menjaga tauhid dalam Mendapatkan Ilmu Menurut Ikhwan al-Shafa, pengetahuan umum dapatdiperoleh dengan tiga cara, yaitu1 Dengan pancaindera. Pancaindera hanya dapat memperoleh pengetahuantentang perubahan-perubahan yang mudah ditangkap oleh indera, danyang kita ketahui hanyalah perubahan-perubahan ruang dan Dengan akal prima atau berpikir murni. Akal murni juga harus dibantuoleh Melalui inisiasi. Cara ini berkaitan erat dengan doktrin esoteris Ikhwanal-Shafa. Dengan cara ini seseorang mendapatkan ilmu pengetahuansecara langsung dari guru, yakni guru dalam pengertian seluas-luasnyadan sedalam-dalamnya. Guru mendapatkan ilmunya dari Imampemimpin agama dan Imam dari Imam lain, dan para Imammendapatnya dari Nabi, dan Nabi dari Allah, sumber ilmu paling Konsep Imam ini disinyalir bahwa Ikhwan al-Shafa mengabdopsikonsep imam dalam pemahaman Syi’ah, yang lebih menekankan padasikap eksklusif dalam memilih imam dari kelompoknya Nata mempersingkat konsep pencapaian ilmu Al-Safa. Ia memandangbahwa ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh melalui dua cara. Pertama, dengan caramempergunakan pancaindera terhadap obyek alam semesta yang bersifat dengan cara mempergunakan informasi atau berita yang disampaikan olehorang lain. Kedua cara ini hanya dapat dicapai oleh manusia, dan tidak dapat dicapaioleh hal anak didik, Ikhwan al-Shafa memandang bahwa perumpamaanorang yang belum dididik ilmu akidah ibarat kertas yang masih putih bersih, belumternoda apapun juga. Apabila kertas ini ditulis sesuatu, maka kertas tersebut telah13 memiliki bekas yang tidak mudah dihilangkan. Pandangan ini lebih dekat denganteori Tabula Rasa John Locke empirisme. Aliran ini menilai bahwa awalpengetahuan terjadi karena pancaindera berinteraksi dengan alam nyata. Sebelumberinteraksi dengan alam nyata itu di dalam akal tidak terdapat pengetahuan al-Shafa berpendapat bahwa ketika lahir, jiwa manusia tidak memilikipengetahuan sedikitpun. Proses memperoleh pengetahuan digambarkan Ikhwansecara dramatis dilakukan melalui pelimpahan al-faidh. Proses pelimpahan tersebutbermula dari jiwa universal al-nafs al-kulliyah kepada jiwa manusia, setelahterlebih dahulu melalui proses emanasi. Pada mulanya, jiwa manusia kosong. Setelahindera berfungsi, secara berproses manusia mulai menerima rangsangan dari alamsekitarnya. Semua rangsangan inderawi ini melimpah ke dalam jiwa. Proses inipertama kali memasuki daya pikir al-quwwah al-mufakkirat, kemudian diolahuntuk selanjutnya disimpan ke dalam re-koleksi atau daya simpan al-quwwah al-hafizhat sehingga akhirnya sampai pada daya penuturan al-quwwah al-nathiqatuntuk kemudian siap Ikhwan di atas berbeda dengan konsep fitrah dalam pendidikanIslam, bahwa manusia sejak lahir telah membawa potensi dasar kemampuan dasaruntuk beragama yang diberikan Allah. Jadi, sejak lahir manusia sudah punya modal”fitrah” tidak layaknya kertas putih kosong. Modal itulah yang nantinya akandikembangkan oleh orang tua, masyarakat, sekolah maupun lingkungan cyberuniverse yang diciptakan oleh kemajuan teknologi al-Shafa juga berpendapat bahwa semua ilmu harus diusahakanmuktasabah, bukan pemberian tanpa usaha. Ilmu yang demikian didapat denganpanca indera. Ikhwan al-Shafa menolak pendapat yang mengatakan bahwapengetahuan adalah markuzah harta tersembunyi sebagaimana pendapat Plato yangberaliran idealisme. Plato memandang bahwa manusia memiliki potensi, denganpotensi ini ia belajar, yang dengannya apa yang terdapat dalam akal itu keluarmenjadi pengetahuan. Plato mengatakan bahwa jiwa manusia hidup bersama alamide Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu yang ada. Ketika jiwa itu menyatudengan jasad, maka jiwa itu terpenjara, dan tertutuplah pengetahuan, dan ia tidakmengetahui segala sesuatu ketika ia berada di alam ide, sebelum bertemu dengan14 jasad. Karena itu untuk mendapatkan ilmu pengetahuan seseorang harusberhubungan dengan alam mempelajari ilmu pengetahuan, Ikhwan al-Shafa mencoba meng-integrasikan antara ilmu agama dan umum. Mereka mengatakan bahwa kebutuhanjiwa manusia terhadap ilmu pengetahuan tidak memiliki keterbatasan pada ilmuagama naqliyah semata. Manusia juga memerlukan ilmu umum aqliyah. Dalamhal ini, ilmu agama tidak bisa berdiri sendiri melainkan perlu bekerja sama denganilmu-ilmu aqliyah, terutama ilmu-ilmu kealaman dan filsafat. Dalam hal ini Ikhwanal-Shafa mengklasifikasikan ilmu pengetahuan aqliyah kepada 3 tiga kategori,yaitu; matematika, fisika, dan metafisika. Ketiga klasifikasi tersebut berada padakedudukan yang sama, yaitu sama-sama bertujuan menghantarkan peserta didikmencapai kebahagian dunia dan akhirat. Menurut Ikhwan al-Shafa, ketiga jenispengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pancaindera, akal, dan ia lebih menekankan pada kekuatan akal dalam proses pencarian ilmu,akan tetapi menurutnya pancaindera dan akal memiliki keterbatasan dan tidakmungkin sampai pada esensi Tuhan. Oleh karena ini diperlukan pendekatan inisiasi,yaitu bimbingan atau otoritas ajaran Ibnu Khalduna. Biografi Ibnu KhaldunJika kita berbicara tentang seorang cendekiawan yang satu ini, memangcukup unik dan mengagumkan. Sebenarnya, dialah yang patut dikatakan sebagaipendiri ilmu sosial. Ia lahir dan wafat di saat bulan suci Ramadhan. Namalengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin AbiBakar Muhammad bin al-Hasan yang kemudian masyhur dengan sebutan yang cemerlang mampu memberikan pengaruhbesar bagi cendekiawan-cendekiawan Barat dan Timur, baik Muslim maupun non-Muslim. Dalam perjalanan hidupnya, Ibnu Khaldun dipenuhi dengan berbagaiperistiwa, pengembaraan, dan perubahan dengan sejumlah tugas besar serta jabatanpolitis, ilmiah dan peradilan. Perlawatannya antara Maghrib dan Andalusia,15 kemudian antara Maghrib dan negara-negara Timur memberikan hikmah yang cukupbesar. Ia adalah keturunan dari sahabat Rasulullah saw. bernama Wail bin Hujr darikabilah yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadhan 732 H./27 Mei 1332 M, danwafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M. Ibnu Khaldun dikenal sebagai sejarawan danbapak sosiologi Islam yang hafal Al-Quran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam,ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannyatentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelumAdam Smith 1723-1790 dan David Ricardo 1772-1823 mengemukakan teori-teoriekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya sudahmenyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahirkarena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yangdikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengahmereka dalam pengembaraannya yang luas itu dalam tugas-tugas yang diembannya penuh dengan berbagaiperistiwa, baik suka dan duka. Ia pun pernah menduduki jabatan penting diFes,Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah ia melahirkankarya-karya yang monumental hingga saat ini. Nama dan karyanya harum dandikenal di berbagai penjuru dunia. Panjang sekali jika kita berbicara tentang biografiIbnu Khaldun, namun ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalanhidup beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidangilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Al-Qur’an, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikihmadzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskandari para gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melandaselatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dansebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya keMesir; Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagaiposisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat Hakim Tertinggi. Namun, akibat16 fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga kehidupan IbnuKhaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia punmelengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitabal-’ibar tujuh jilid yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya,nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fiAyyamil Arab wal Ajam wal Barbar wa Man Asharahum min Dzawis Sulthan al-i’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane padatahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnyabaru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, yakni saatpendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-sosiologGerman dan Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya;Muqaddimah pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, danfilosofis; Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin sebuah kitab tentang permasalahandan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab MuhassalAfkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi.DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen,Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-anmengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisansosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yangditerima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggrisyang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris.” Salah satu tulisan yang sangatmenonjol dan populer adalah muqaddimah pendahuluan yang merupakan bukuterpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini IbnuKhaldun menganalisis apa yang disebut dengan gejala-gejala sosial’ dengan metoda-metodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan17 memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab kedua dan ketiga, ia berbicaratentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat primitif denganmasyarakat moderen dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan politik kedua dan keempat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitandengan cara berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh faktor-faktor danlingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab keempat dan kelima,menerangkan tentang ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun bab keenam berbicara tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan sertaalat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14 denganlengkap menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori Khaldun sangat meyakini, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiribergantung pada generasi pertama pendiri negara yang memiliki tekad dankekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yangmenikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan generasi akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju ketenangan,kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahaninternal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalumengawasi beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil sebagai bahanpelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidakmeremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak kenal lelahdengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu memperhatikan akankomunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang pejabat penting, ia pun seorangpenulis yang produktif. Ia menghargai akan tulisan-tulisannya yang telah ia ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui denganmemerlukan waktu dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yangdi adaptasi oleh situasi dan Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandangsebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Al-Qur’anyang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dangiat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Al-Qur’an, ia menjunjung tinggi akan kehebatan Al-Qur’an. Sebagaimana dikatakanolehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Al-Qur’an termasuk syiar agama yangditerima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Al-Qur’an dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Al-Qur’an pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan dalam kajiannya, disampingmengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara, masyarakat, atau pun secaraindividu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai spritual. Pendidikan agamasangatlah penting sebagai dasar untuk menjadikan insan yang beriman dan bertakwauntuk kemaslahatan umat. Itulah kunci Konsep Pendidikan Menurut Ibnu KhaldunAkal pikir manusia berkembang setelah manusia memenuhi kondisi sempurna"kehewanannya", yaitu berkembang sejak usia tamyiz. Sebelum usia ini, manusiatidak mempunyai pengetahuan dan secara umum bisa dikategorikan sebagai "hewan"karena terdapat kesamaan dalam proses kejadiannya dari sperma, segumpal darah,sekerat daging dan seterusnya. Jadi pemberian Tuhan pada manusia berupa serapaninderawi dan penalaran itulah yang disebut akal pikir Khaldun, 983Hanya saja, Ibn Khaldun mengedepankan watak kebudayaan cultureoriented bagi ilmu dan pengajaran. Mengingat, akal pikir adalah sarana manusiamemperoleh kehidupan, kooperasi antar sesama dan kemasyarakatan yang orientasi akal pikir semacam itu, keilmuan dan kreasi inovatif akan banyakdihasilkan Khaldun, 984. Meski begitu, kecenderungan pragmatis dalampemikiran Ibn Khaldun masih belum eksplisit, kecuali bila dilihat pada idenya yangmemasukkan pengajaran program kurikuler sejumlah keterampilan praktis, yaknidia mengedepankan corak aplikasi praktis dalam proses Di sinilah keunikan pemikiran Ibn Khaldun dibandingkan dengan ahli-ahlipendidikan pada masanya, dan kiranya hanya kelompok Ikhwan al-Shafa yangmempunyai pemikiran serupa, meski masih kalah eksplisit. Pada dataran ini, IbnKhaldun berusaha menyelesaikan masalah yang hingga kini masih diperdebatkan,yaitu mengenai apakah prestasi dan keberhasilan dalam pembelajaran pengajaranitu hal yang bersifat bakat bawaan atau kemampuan hasil belajar. Dia tampaknyacenderung pada pendapat terakhir kemampuan hasil belajar, sebagaimanadinyatakannya "Sesungguhnya kemumpunian dalam ilmu dan pemahamanmendalam terhadapnya hanya bisa dicapai dengan penguasaan penuh/profesionalitasprinsip-prinsip dasar, rumus-rumus dan seluk-beluk problematika ilmu terkait” D. PERBANDINGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DENGANFILSAFAT PENDIDIKAN BARATA. Sejarah Perkembangan dan Pemikiran Filsafat Pendidikan BaratDalam catatan sejarah, diketahui filsafat Barat bermula di Yunani. BangsaYunani merupakan bangsa pertama yang menggunakan akal untuk berpikir. Hal inidikarenakan kesenangannya merantau sehingga mereka mampu berpikir Saat Yunani Kuno, agama berpengaruh. Namun yang dominan adalahfilsafat. Tokohnya saat itu adalah Thales 640-545 SM. Ia mengemukakan esensisegala sesuatu adalah pada abad pertengahan dunia Barat didominasi dogmatismegereja. Saat itu pendidikan diserahkan pada gereja, sehingga masa itu disebut masaskolastik. Sete;ah itu, tiba masa Renaissance yang memisahkan antara ilmupengetahuan dan masa Renaissanece muncul Bapak Filsafat, Rene Descartes 1596-1650. Ia mempelopori aliran Rasionalisme dengan mengutamakan akal sebagaisumber pengetahuan. Selanjutnya muncul aliran Empirisme dengan pelopornyaThomas Hobbes 1588-1679 dan John Locke 1632-1704. Aliran inimenganggap pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Lalu muncul aliranidealisme Transendental dengan tokohnya Imanuel Kant. Aliran ini menganggappengetahuan merupakan sintesa antara apa yang secara apriori dan Aliran filsafat lain juga muncul yaitu aliran Positivisme yang dipelopori olehSaint Simon dan dikembangkan oleh Aguste Comte. Dalam aliran ini kebenaranmetafisik aliran Positivisme melahirkan aliran yang bertumpu pada hal-halbersifat materi atau kebendaan yang dikenal dengan aliran Materialisme. Di antaratokohnya adalah Hobbes 1588-1679 dan Karl Marxs 1820-1883. MenurutHobbes sebagaimana yang dikutip oleh S. Takdir Alisjahbana, segala sesuatuyang terjadi di dunia ini adalah gerak materi, bahkan baik tanggapan, pikiranmaupun perasaan manusia pun merupakan gerak materi. Senada dengan pemdapatHobbes, Karl Marxs memiliki pandangan bahwa "kenyataan yang ada adalah duniamateri dan manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat dikarenakan faktormateri". Oleh karenanya, pendidikan bertujuan meraih kesuksesan di dunia."education was highly regarded as the means to wordly success" .Menurut Uyoh Sadullah implikasi aliran ini dalam dunia pendidikanadalah gerak pikir di dalam otak merupakan hasil dari peristiwa lain dalam Segala tindakan manusia pun dipengaruhi oleh materi di ini di dukung oleh aliran Behaviorisme dalam bidang psikologi denganteorinya Conditioning theory. Teori ini menjelaskan tingkah laku manusiamerupakan respon terhadap stimulus yang selanjutnya, berkembang aliran-aliran filsafat yang yang kitakenal saat ini disebut Filsafat Pendidikan Modern. Beberapa alirannya sebagaiberikut1. Aliran ProgresivismeProgresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan padatahun 1918. Aliran ini sangat berpngaruh diseluruh dunia, terutama di Amerikaserikat. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kinimungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus berpusat pada anakbukannya memfokuskan pada guru atau bidang mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dankepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar21 Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam…, hlm. dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekanmengancam adanya manusia itu sendiri Barnadib, 1994. Oleh karena kemajuan atauprogres ini menjadi suatu statemen progresivisme, maka menurut Dewey Zuhairinidkk, 2012 24 tujuan umum pendidikan ialah warga masyarakat yang demokratis, isipendidikannya lebih mengutamakan bidang-bidang studi, seperti IPA, sejarah,keterampilan serta hal-hal yang berguna atau langsung dirasakan oleh berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalamanmenurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal;menyala. Tidak pernah sampaipada yang paling eksterm, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembangterus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yangtelah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi tarafkehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulumyang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan merupkan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberipenekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar“dunia nyata”, dan juga pengalaman teman Aliran Progresivisme,22 diantaranya1. William James 1842-1910 James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek darieksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dandia menegaskan agar fungsi otak atau fikiran itu dipelajari sebagai bagian dari matapelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untukmembebaskan ilmu jiwa prakonsepsi teologis, dan menempatkannya da atas dasarilmu John Dewey 1859-1952 Teori Dewey tentang sekolah adalah progresivisme yang lebih menekankankepada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Makamuncullah “Cild Centered Curiculum”, dan “Cild Centered School”. Progresivismemempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta Gaya media Pratama, 1997,hlm. 3. Hans Vaihinger 1852-1933Hans Vaihinger menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti dengan objeknya mungkin dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi berpikirialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian pandangan progresivisme dan penerapannya di bidang pendidikan,ialah Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berpikir, gunamengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya. Tanpaterhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu aliran filsafatprogresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriterakan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yanggembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secarafisik maupun psikis anak progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwesfleksibel dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai denganzamannya. Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnyayang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atasmanusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah,melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan adanya mata pelajaran yangterintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik mauopunpsikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun Aliran EsensialismeEsensialisme adalah filsafat pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilaikebudayaan yang telah ada sejak awak peradaban umat manusia. Menurut Joe Park,esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yangmemiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilaiterpilih yang mempunyai tata yang Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam…, hlm. Prinsip-prinsip Esensialisme, diantaranyaa. Esensialisme berakar pada ungkapan realisme objektif dan idealisme objektif yang modern, yaitu alam semesta diatur oleh hukum alam sehingga tugasmanusia memahami hukum alam adalah dalam rangka penyesuaian diri Sasaran pendidikan adalah mengenalkan siswa pada karakter alam danwarisan budaya. Pendidikan harus dibangun atas nilai-nilai yang kukuh, tetapdan Nilai kebenaran bersifat korespondensi, berhubungan antara gagasan faktasecara Bersifat konservatif pelestarian budaya dengan merfleksikan humanismeklasik yang berkembang pada zaman mempertahankan pahamnya itu, khususnya dari persaingan denganpaham progresivisme, tokoh-tokoh esensialisme mendirikan suatu organisasi yangbernama Essentialist Committee for the Advancement of Education pada tahun 1930,untuk mengembangkan pandangannya didunia pendidikan yang diwarnai sedikitbanyaknya oleh konsep idealisme dan Aliran PerenialismePerenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam oxford Learner’sdictionary of Current English diartikan sebagai Lasting for a very long time –abadiatau kekal-. Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagaibidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untukmengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaituberupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal danteruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkanpusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembalikepada masa lampau, karena dengan mengembalikan keadaan masa lampauini,kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena ia24 Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam…, hlm. dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengansekarang. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau prosesmengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yangberpengaruh baik teori maupun peraktek bagi kebudayaan dan pendidikan zamansekarang.Noor syam,1986Dari pendapat ini sangatlah tepat jika dikatakan bahwa perenialismememandang pendidikan itu sebagai jalan kembali yaitu sebagai suatu prosesmengembalikan kebudayaan sekarang zaman modern ini terutama pendidikanzaman sekarang ini perlu dikembalikan ke masa lampau .Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyaikesatuan, dimana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikankemungkinan bagi seseorang untuk bersikap tegas dan lurus. Karena itulahperenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelasmerupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan .Setelah perenialisme menjadi terdesak karena perkembangan politik industriyang cukup berat timbullah usaha untuk bangkit kembali, dan perenialisme berharapagar manusia kini dapat memahami ide dan cita filsafatnya yang menganggap filsafatsebagai suatu azas yang komprehensif perenialisme dalam makna filsafat sebagaisatu pandangan hidup yang berdasarkan pada sumber kebudayaan dan Aliran Pereanialisme, diantaranya ialah Aristoteles. Iamerupakan Pendiri utama dari aliran filsafat ini, kemudian didukung dan dilanjutkanSt. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zamankuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat danpendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia rindu akan hal-hal yangsudah lampau semata-mata tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenaldan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin25 Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan…, hlm. mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar dimasa buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmupengetahuan alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu memberikanilmunisasi zaman yang sudah mengetahui tulisan yang berupa pikiran dari para ahli yang terkenaltersebut, yang sesuai dengan bidangnya maka anak didik akan mempunyai duakeuntungan yakni 1. Anak akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau yang telahdipikirkan oleh orang-orang Mereka telah memikirkan peristiwa-peristiwa dan karya-karya tokoh tersebutuntuk diri sendiri dan sebagai bahan pertimbangan reverensi bahwa dengan mengetahui dan mengembangkan karya-karya buahpikiran para ahli tersebut pada masa lampau, maka anak-anak didik dapat mengetahuibagaimana pemikiran para ahli tersebut pada masa lampau, maka anak-anak didikdapat mengetahui bagaimana peristiwa pada masa lampau tersebut sehingga dapatberguna bagi mereka sendiri, dan sebagai bahan pertimbangan pemikiran merekapada zaman sekarang ini. Hal inilah yang sesuai dengan aliran filsafat utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik kearahkemasakan. Masak dalam arti hidup akalnya. Jadi akal inilah yang perlu mendapattuntunan ke arah kemasakan tersebut. Sekolah rendah memberiakn pendidikan danpengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca,menulis dan berhitung anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang sebagai tempat utama dalam pendidikan yang mempersiapkan anakdidik ke arah kemasakan melalui akalnya dengan memberikan sebagai tugas utama dalam pendidikan adalah guru-guru, di mana tugaspendidikanlah yang memberikan pendidikan dan pengajaran pengetahuan kepada26 anak didik. Faktor keberhasilan anak dalam akalnya sangat tergantung kepada guru,dalam arti orang yang telah mendidik dan Aliran RekonstruksionalismeKata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris reconstruct yang berartimenyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan , aliran rekonstruksionismeadalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tatasusunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, padaprinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisiskebudayaan modern. Kedua aliran tersebut, memandang bahwa keadaan sekarangmerupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran,kebingungan dan demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran rekonstruksionismetidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanyamemepunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuhuntuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran perenialismememilih cara tersendari, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama atau dikenal dangan regressive road culture yang mereka anggap paling ideal. Sedangkanitu aliran rekonsruksinisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatukonsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalamkehidupan umat mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencarikesepakatan antar sesama manusia, yakni agar dapat mengatur tata kehidupanmanusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembagapendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lamadan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuanutama tersebut memerlukan kerjasama antar umat dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg padatahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan tokoh lain dalam aliran ini Caroline Pratt, Geaoge Count, Harold Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan…, hlm. Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan inilahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan danmelibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada Aliran EksistensialismeEksistensialisme biasa dialamatkan sebagai salah satu reaksi dari sebagianterbesar reaksi terhadap peradaban manusia yang hampir punah akibat perang duniaII. Dengan demikian eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliranfilsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengankeadaan hidup asasi yang dimiliki dan tentang pendidikan, disimpulkan oleh van cleve morris dalamexistensialism and education, bahwa eksitensialisme tidak menghendaki adanyaaturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk. Oleh sebab itu eksistensisalismedalam hal ini menolak bentuk-bentuk pendidikan sebagaimana yang ada bagaimana konsep pendidikan eksistensialisme yang diajukan oleh morrissebagai “existensialism’s concept of freedom in education”, menurut Bruce F. Baker,tidak memberikan kejelasan. Barangkali Ivan Illich dengan deschooling society,yang banyak mengundang banyak reaksi dikalangan ahli pendidikan, merupakansalah satu model pendidikan yang dikehendaki aliran eksistensialisme. Disiniagaknya mengapa aliran eksistensialisme tidak banyak dibicarakan dalam Analisis Penulis1. Persamaan antara Filsafat Pendidikan Barat dan Islam a. Teori NativismeTeori ini berpendapat bahwa manusia sejak lahir memiliki sifat-sifatpembawaan. Sedangkan perkembangan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat pembawaan tersebut. Pendukung teori ini berpendapat bahwa pendidikantidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Dalam pendidikan kondisi inidisebut pesimisme pedagogis. Dasar teori Nativisme adalah"Tiap manusia itu terjadi dalam perut ibunya dalam masa 40 hari, lalu ia27 Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam…, hlm. menjadi embrio selama itu pula. Lalu menjadi segumpal daging. Selama itu pulaAllah menyuruh meniupkan roh membawa perintah empat perkara yangberhubungan dengan itu meliputi rizki, umur, amalan juga bahagia & celakanya. Muslim"b. Teori KonvergensiTeori ini merupakan perpaduan antara teori Nativisme dan Stern mengemukakan bahwa baik pembawaan maupun lingkungan,keduanya sangat berpengaruh dalam perkembangan anak. Pendukung lain teoriini adalah Ibnu Miskawaih. Melalui Filsafat Etikanya membagi manusia padatiga golongon Golongan manusia yang baik menurut tabiatnya, Golongan manusiayang jahat menurut tabiatnya dan Golongan manusia yang pada fitrahnyatermasuk dalam golongan pertama dan kedua. Manusia yang termasuk dalamgolongan ini dapat menjadi baik ataupun jahat dikarenakan pengaruh karenanya, baik pembawaan maupun lingkungan sangat berpengaruh padaperkembangan manusia. Ahli filsafat lain, Abu Nashr Al-Farabi menjelaskan secaragamblang bagaimana pentingnya pendidikan. Menurutnya, manusia memilikiberbagai potensi antara lain ada yang memiliki tabiat jelek, kurang pandai danakhlak yang baik. Terhadap orang yang jahat, hendaknya diberikan orang yang kurang pandai, perlu diberikan pendidikan secara terusmenerus. Sedangkan terhadap orang yang memiliki akhlak yang baik, makahendaknya ajarkan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan tingkatanperkembangan pengetahuannya. Sejalan dengan dasar teori Empirismeyang menyebutkan, sejak lahir anak telah memiliki potensi-potensi fitrah yang dimiliki anak antara lain berupa fisik, naluri, pancaindera,akal, hati nurani dan agama. Maka potensi-potensi yang dimiliki manusia harusterus Perbedaana. Antoposentris-TheosentrisDiketahui Filsafat pendidikan Barat terpengaruh oleh peradaban Sebagai indikasi, peradaban Yunani meninggalkan dua tradisi yang sangatberpengaruh pada pemikiran Barat. Pertama, kepercayaan terhadap kemampuanakal. Sedangkan kedua, pemisahan agama dari segala ilmu pengetahuan. Keduatradisi tersebut mulai berkembang saat Renaissance. Karenanya, agamakhususnya Tuhan tidak memiliki keterkaitan erat dalam dunia pendidikanantoposentris.Berbeda dengan Filsafat Pendidikan Barat, Filsafat Pendidikan Islammemiliki konsep tujuan yang khas dan terkait erat dengan Tuhan. Konsep yangutama adalah tentang tujuan pendidikan Islam. Pendidikan merupakan prosespemberdayaan manusia menuju kedewasaan dalam rangka menjalankan fungsikemanusiaan yang diemban manusia sebagai seorang hamba 'abd dihadapanKhaliq-nya dan sebagai pemelihara khalifah. Tujuan pendidikan Islammenurut Hamka antara lain mencari ridha Allah, mewujudkan akhlak yang muliadan menjadikan peserta didik mampu menjadi individu yang berguna bagimasyarakat. Sejalan dengan Hamka, terdapat tujuan mencari ilmu yangdikemukakan oleh Syafique Ali Khan yaitu untuk memperoleh ilmu yangbermanfaat. Ia memberi contoh Nabi Daud berdoa agar mendapatkan ilmuyang bermanfaat. Dalam konsep ini, kita dianjurkan mencari ilmu bukan untukberselisih atau dikagumi orang lain. Namun, tujuannya adalah agar memperolehilmu yang bermanfaat, baik bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Selanjutnyatujuan akhir pendidikan menurut Ibnu Sina adalah mencapai kebahagiaan, baik didunia maupun di akhirat. Dari beberapa uraian tujuan di atas terdapat keterkaitanerat proses pendidikan dengan Tuhan theosentris.b. Berdasarkan Hasil Pikir Manusia-Berdasarkan WahyuKonsep Filsafat Pendidikan Barat berdasarkan pada pemikiran filosofis nalarmanusia. Sebagai bukti tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh sokrates yaituuntuk merangsang penalaran cermat dan disiplin mental. Sedangkan konsep FilsafatPendidikan Islam dilandasi oleh wahyu. Wahyu tersebut terdiri dari al-Qur'ansebagai sumber dasarnya, sedangkan hadis sebagai sumber dikembangkan berupa ijtihad, yakni mengoptimalkan30 kemampuan akal manusia untuk memahami dan mengambil kebijaksanaan terkaitsegala masalah hidup PENUTUPFilsafat Pendidikan Barat dan Islam sama-sama terpengaruh oleh Filsafat perkembangannya memiliki berbagai aliran yang mampu memberikarakter di dunia pendidikan. Perbedaan yang sangat signifikan antara keduanyaadalah Filsafat Pendidikan Islam merupakan proses investasi kemanusiaan yangmengandung nilai ibadah sedangkan dalam Filsafat Pendidikan Barat hanyamengandung proses kemanusiaan dan tidak bernilai ibadah. Namun terlepas dariperbedaan tersebut, baik pendidikan Islam maupun Barat keduanya menjadikanmanusia sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. Sehingga sangat relevan jikapendidikan harus dilakukan sepanjang hayat manusia long life education.F. DAFTAR PUSTAKAAbuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. 1; Jakarta Ciputat Logos WacanaIlmu, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,Yogyakarta Pustaka pelajar, Fuad al-Ahwani, Al-Tarbiyah fi al-Islam, Mesir Dar al-Misriyah, tanta Majmu‟ahRasa‟il al-Imam al-Ghazali, terj. Irwan Kurniawan, Cet. 1;Bandung Pustaka Hidayah, Mahmud dalam “Pengantar Penerjemah” Tiga Aliran Utama Teori PendidikanIslam Perspektif Sosiologis-Filosofis, karya Muhammad Jawwad Ridha,Yogyakarta Tiara Wacana Yogya, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta Ar-Ruzz Media, Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung Pustaka Setia, Hasan Sulaiman, Pandangan Ibnu Khaldun tentang Ilmu danPendidikan, alih bahasa HMD. Dahlan, Cet. 1; Bandung Diponegoro, Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, Cet. 1; Mesir Al-Azhariyyah, Dewey, Democracy and Education, New York The Free Press, 1966, hlm. 1-54Muhammad Jawwad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam PersfektifSosiologis-Filosofis, terj. Mahmud Arif dari judul “al-Fikr al-Tarbawi al-Islamiyyu Muqaddimat fi Ushulih al-Ijtima‟iyati al-Aqlamiyyat”, YogyakartaPT Tiara Wacana, Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendidikan Historis, Teoritis dan Ciputat Press, Muhammad Jawwad. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam PerspektifSosiologis-Filosofis. Arif, Yogyakarta Tiara Wacana Yogya, C. Lodge, Philosophy of Education, Hareh & Brothers, New York, Hawwa, Al-Mustakhlash fi Tazkiyatil Anfus, terj. Abdul Amin dkk. Cet. V;Jakarta Pena Pundi Aksara, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Pustaka Firdaus, ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.

ilmu membelah diri menurut islam